Rabu 08 Oct 2014 17:21 WIB

Kapan Pembicaraan Nuklir Iran Digelar?

Rep: Gita Amanda/ Red: Mansyur Faqih
Salah Bushehr, tempat pengolahan nuklir Iran.
Foto: AP
Salah Bushehr, tempat pengolahan nuklir Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran dan negara kekuatan Barat akan menggelar pembicaraan nuklir multilateral dan bilateral dalam beberapa hari mendatang di Wina. Dialog dilakukan dengan tujuan menyelesaikan sengketa panjang program nuklir Teheran.

Juru bicara kementerian luar negeri Iran Marzieh Afkham mengatakan, dalam beberapa waktu ke depan pembicaraan nuklir Iran dan negara Barat akan digelar. Tapi Afkham tak mengatakan berapa lama pembicaraan akan berlangsung.

"Saya pikir kita akan mengadakan pembicaraan bilateral dan multilateral sebelum akhir pekan depan di Wina," ujarnya seperti dilansir Reuters.

Para pejabat senior Iran mengatakan, akan mengadakan pembicaraan bilateral terlebih dahulu dengan Amerika Serikat sebelum menggelar pembicaraan penuh dengan enam negara kekuatan dunia pada November. Mereka belum memberitahu kapan tanggal tepatnya.

Iran selama ini membantah tuduhan Barat yang menyatakan program nuklirnya untuk memproduksi senjata. Iran mengatakan, program nuklirnya semata-mata bertujuan damai.

Belum ada komentar dari kantor kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton. Selama ini AShton yang mengkoordinasikan pembicaraan dengan Iran, atas nama enam negara kekuatan dunia.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, ada konsensus antara Iran dan negara yang tergabung dalam kelompok P5+1 terkait isu dan perbedaan mendasar. 

"Tak ada lagi perselisihan mengenai apakah reaktor harus dibangun di Arak atau jika Iran harus melakukan teknologi pengayaan atau masalah Fordow atau yang terakhir soal apa yang disebut (nuklir) untuk kegiatan militer. Perbedaan lebih pada masalah detail dan kuantitas," kata Rouhani pada kantor berita resmi Iran, IRNA.

Iran sejauh ini telah menolak menutup pabrik pengayaan uranium bawah tanah mereka di Fordow. Iran juga menolak menutup reaktor air berat di Arak, yang dianggap berpotensi menghasilkan plutonium.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement