Rabu 08 Oct 2014 08:27 WIB

Duh, Lutung Jawa Terancam Punah

Rep: C57/ Red: Winda Destiana Putri
Lutung Jawa
Foto: Antara
Lutung Jawa

REPUBLIKA.CO.ID, MUARA GEMBONG -- Keberadaan spesies Lutung Jawa di habitat aslinya, Kampung Muara Bendera, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, terancam punah.

Kecamatan ini terletak di pesisir utara Kabupaten Bekasi serta langsung berbatasan dengan laut Jawa dan daerah hilir Sungai Citarum.

Menanggapi kondisi ini, Camat Muara Gembong, Endang Setiawan, merasa prihatin terhadap keberadaan Lutung Jawa di wilayahnya.

"Saya pribadi merasa prihatin atas keberadaan lutung Jawa di Kampung Muara Bendera, Kecamatan Muara Gembong," tutur Endang saat dihubungi Republika, baru-baru ini. 

Pasalnya, lanjutnya, sangat banyak kendala yang dihadapi dalam upaya melestarikan lutung Jawa itu.

Menurut Endang, lutung Jawa terancam punah karena semakin berkurangnya lahan hutan mangrove. 

Hal ini terjadi akibat kebutuhan atas lahan pemukiman dan tambak ikan sebagai sumber pencaharian masyarakat semakin meningkat.

"Penyebab lainnya ialah pemburu liar dari luar atau lainnya yang tidak terjaga," ungkap Endang.

Apalagi, terdapat banyak limbah, sampah laut maupun sampah sungai yang bermuara di Muara Gembong, sehingga mengganggu keberadaan lutung Jawa.

Kecamatan Muara Gembong, jelasnya, juga kekurangan tenaga untuk pengamanan laut, sungai dan hutan dari ancaman pemburu liar.

Hal ini terkait erat dengan keterbatasan kewenangan anggaran Muara Gembong, yang anggarannya pun terbatas. 

"Meskipun ada keterbatasan, kami tetap berbuat sesuatu seperti menanam pohon mangrove melalui kerja sama dengan pihak swasta maupun mengikuti program pemerintah," papar Endang. 

Endang pun terus berupaya mensosialisasikan manfaat tanaman mangrove dan kebersihan, keindahan serta kenyamanan (K3) kepada masyarakat. 

Sebagai camat, Endang sangat mengharapkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memiliki lingkungannya. 

"Masyarakat harus tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungannya," ungkap Endang.

Pendapat senada diungkapkan koordinator komunitas 'Muara Gembongku', Yusuf (30 tahun).

"Komunitas 'Muaragembongku' aktif melestarikan lingkungan, khususnya hutan mangrove, dan menyelamatkan lutung Jawa di Muara Gembong," tutur Yusuf saat ditemui Republika baru-baru ini di Muara Gembong.

Komunita 'Muaragembongku' juga memiliki laman website, twitter dan facebook. Di twitter namanya '@muaragembongku', di facebook namanya 'muaragembongku', dan di website bernama 'muaragembonginfo.com'.

Menurut Yusuf, komunitas ini dibentuk sebagai keprihatinan terhadap lingkungan Muara Gembong yang sudah rusak.

"Berangkat dari isu lingkungan di sini yang sudah rusak, abrasinya parah, kita dan teman-teman komunitas di Muara Gembong berusaha peduli, 'care' terhadap lingkungan sendiri," paparnya.

Langkah kecil komunitas 'Muaragembongku' di 'social media', lanjutnya, ialah sosialisasi tentang kerusakan akibat abrasi di Muara Gembong. 

"Misalnya, apa sih dampak abrasi? Lalu tetang satwa endemik lutung Jawa yang tinggal menunggu kepunahan," Jelas Yusuf.

Komunitas ini, ungkapnya, mulai aktif sejak 2010. Bahkan pada 2011 lalu, Pemkab Bekasi ada program konservasi lahan yang melibatkan komunitas 'Muaragembongku'.

Namun, lanjutnya, program itu tidak berlanjut hingga saat ini. Pemkab Bekasi pun belum menentukan kawasan ini sebagai hutan lindung untuk satwa endemik lutung Jawa.

Hal penting lainnya, jelas Yusuf, masyarakat Muara Gembong masih belum atau minim edukasi tentang pentingnya pelestarian hutan mangrove.

"Hutan mangrove adalah salah satu habitat lutung Jawa. Namun, masyarakat masih minim edukasi tentang hutan mangrove. Apalagi, terjadi alih fungsi lahan hutan mangrove menjadi tambak," papar Yusuf.

Pengalihfungsian hutan mangrove itu, lanjutnya, tidak peduli dengan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Muara Gembong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement