REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menanggapi tuduhan berbagai pihak bahwa bentrokan yang terjadi antara massa Front Pembela Islam (FPI) dan pihak kepolisian yang berlangsung beberapa waktu lalu di Gedung Balaikota DKI Jakarta sengaja direncanakan oleh FPI, Ketua FPI Habib Muhsin Al-Athas mengatakan pihaknya tidak tahu siapa yang memulai. Ia justru menuding pihak kepolisian sengaja memancing para anggota FPI sehingga terjadi bentrokan.
Saat dihubungi Republika, Selasa (7/10), Muhsin mengatakan pihaknya memiliki cukup bukti berupa foto-foto yang menunjukkan fakta-fakta di lapangan. Dalam foto-foto tersebut terlihat ada prosedur tetap (protap) yang dilanggar oleh pihak kepolisian.
Muhsin mencontohkan, dalam menghadapi demonstrasi atau ketika satu institusi mau didemo, pintu gerbang institusi tersebut biasanya akan dikunci dengan gembok. Namun, kata Muhsin, dalam demo beberapa waktu lalu, pintu gerbang Gedung Balaikota justru seakan sengaja dibuka oleh polisi.
"Seakan-akan memanggil FPI untuk masuk, begitu masuk diserang dari belakang," kata dia.
Menurut dia, hal ini masih menjadi bahan kajian baik oleh FPI maupun polisi. Namun, pihaknya sudah mengantongi bukti-bukti tersebut. Ia bahkan menantang pihak kepolisian untuk mengadu hasil penyelidikan masing-masing pihak.
"Kita juga punya investigasi, mereka juga punya investigasi. Kita adu aja," kata dia.
Tak hanya menuduh pihak kepolisian, ia juga mencurigai adanya keterlibatan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama atau Ahok dalam menyeting bentrokan yang terjadi.
"Memang saya lihat ada kesengajaan untuk dibenturkan. Jangan-jangan dibenturkan tuh Ahok yang membenturkan, orang-orang Ahok ya kan?" kata dia.
Sebelumnya diberitakan, terjadi bentrokan antara massa FPI dengan polisi dalam demonstrasi menolak pelantikan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta. Lima belas orang terluka dalam kejadian tersebut.
Polisi mengatakan bentrokan tersebut sengaja direncanakan oleh FPI. Ini terlihat dari adanya batu-batu dan kotoran kuda di dalam mobil yang mereka kendarai. Polisi kini telah menetapkan 22 orang sebagai tersangka, termasuk diantaranya Novel Bamukmin yang kini masih buron.