Jumat 03 Oct 2014 08:52 WIB

Ungkap Penggelonggongan Sapi, Wartawan Metro TV Diteror

Rep: C54/ Red: M Akbar
Seorang wartawan memperlihatkan striker Stop Kekerasan Terhadap Jurnalis pada aksi memperingati Hari Kebebasan Pers Internasional 3
Foto: www.antaranews.com
Seorang wartawan memperlihatkan striker Stop Kekerasan Terhadap Jurnalis pada aksi memperingati Hari Kebebasan Pers Internasional 3

REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Intimidasi terhadap jurnalis kembali terjadi. Kali ini dialami wartawan Metro TV di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, setelah mengungkap dan meliput kasus penggelonggongan sapi.

Sang wartawan, Wulan Suci Tabitanti, menduga kuat intimidasi yang dia terima terkait dengan kasus dugaan kejahatan penggelonggongan yang dilakukan sebuah rumah potong illegal di Desa Pelem, Ngawi.

Wulan mengisahkan, Kamis malam (2/10), seseorang tak dikenal membuntutinya dalam perjalanan pulang dari Ngawi kota ke rumahnya, di daerah perbatasan Ngawi-Magetan. Merasa cemas, Wulan sempat membelokan laju sepeda motornya ke halaman kantor polsek. Mobil itu pun kemudian berhenti.

Namun ketika Wulan melanjutkan perjalanan, mobil itu kembali mengekor. Wulan terus memacu sepeda motornya dan mobil itu pun terus mengejar dia. ''Saat mau ke jalan menuju rumah, saya hampir ditabrak. Tapi untung saya bisa menghindar walaupun terjatuh. Mobil itu lari,'' ujar Wulan, dihubungi Republika melalui telepon, Jumat (3/10).

Wulan menceritakan kejadian itu bermula pada 25 September. Ketika itu, dia bersama empat orang wartawan lainnya mengikuti penggerebekan rumah potong illegal bersama Bupati Ngawi Budi Sulistyono. Menurut Wulan, lokasi rumah potong tak berizin itu persis berada di sebrang rumah potong hewan (RTH) resmi milik Pemkab Ngawi.

Menurut Wulan, dalam inspeksi tersebut, bupati dan para wartawan mendapati beberapa ekor sapi sedang digelongong. ''Ada lima ekor sapi, tiga sapi mati dan dua masih hidup, sedang diminumkan air dengan menggunakan selang,'' ujar dia.

Menurut Wulan, penggerebekan dilakukan atas usulan para wartawan kepada Bupati, setelah wartawan menemukan dugaan pelanggaran yang dilakukan. Tapi, menurut Wulan, waktu itu Bupati tidak menyertakan pihak kepolisian.

Setelah kasus tersebut, Wulan mulai merasakan suasana yang intimidatif. Dia mencontohkan, pada acara pelantikan Ketua DPRD Ngawi, Selasa (30/9), salah seorang petugas Reskrim Polres Ngawi terlihat mengambil gambar para wartawan yang mengangkat kasus sapi gelonggongan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement