Kamis 02 Oct 2014 17:26 WIB

Pengamat: Oposisi di Parlemen Bagus Untuk Pemerintahan

 Para Pamdal DPR melerai kericuhan yang terjadi saat sidang paripurna DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (2/10).(Republika/Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Para Pamdal DPR melerai kericuhan yang terjadi saat sidang paripurna DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (2/10).(Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDA ACEH--Pengamat politik dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh M Jafar menilai dikuasainya pimpinan DPR oleh kubu oposisi akan berdampak positif terhadap jalannya pemerintahan, karena pihak eksekutif akan berhati-hati dalam menjalankan kebijakan.

"Saya rasa ini sangat positif bila di DPR lebih banyak oposisi, pemerintah akan berhati-hati karena legislatif akan lebih serius mengawasi kinerja pemerintah," kata Jafar di Banda Aceh, Kamis (2/10).

Ia menyatakan dengan berbedanya partai politik antara pemerintah dan DPR, maka kebijakan yang diambil pemerintah akan ada dampaknya, artinya pemerintah harus kerja ekstra untuk dapat dukungan parlemen.

Dikatakan, terlepas dari tujuan untuk mempersulit atau tidak, fungsi pengawasan DPR akan lebih ketat dan optimal untuk mengawasi jalannya kebijakan pemerintah.

"Jadi, kalau selama ini kekuatan di legislatif dan eksekutif sama, maka akan ada 'kongkalikong' dan bagi-bagi proyek, sehingga tidak terwujud prinsip 'check and balance' atau keseimbangan," ujarnya.

Kalau ada dua kubu, kata mantan Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) itu, maka jalannya pemerintahan akan lebih bagus untuk demokrasi dan kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih berpihak kepada rakyat.

Ia menilai kondisi politik kali ini agak berbeda di mana Koalisi Merah Putih (KMP) yang menjadi wadah partai-partai oposisi bakal tetap solid bahkan hingga selesai masa kerja lima tahun, karena ada faktor psikologis.

"Walaupun dalam politik ada istilah tidak ada teman atau musuh abadi, tapi untuk periode lima tahun ke depan KMP bakal "abadi'," ujarnya.

Ia mencontohkan, di KMP ada Partai Golkar yang sepertinya sulit bisa "rujuk" dengan Koalisi Indonesia Hebat pendukung pemerintah, karena di sana ada Surya Paloh dan Jusuf Kalla. Kemudian PKS, sulit rasanya dipersatukan dengan PDIP, karena ideologinya sangat berbeda, demikian juga Partai Demokrat juga ada hubungan psikologis dengan Megawati Soekarnoputri.

"Kalaupun ada partai yang berubah, paling dari PAN dan PPP. Jadi, saya perkirakan KMP ini akan berlangsung sampai bertahun-tahun," kata Jafar.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement