REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 200 pekerja yang tergabung Serikat Karyawan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (SKJLJ) melakukan aksi di Bundaran Hotel Indonesia menuntut dihapusnya fasilitas gerbang tol otomatis (GTO).
"Kami meminta kepada Kementerian BUMN dan pihak perusahaan untuk menghapuskan GTO karena tidak efektif dan akan mengurangi jumlah pekerja," kata koordinator aksi SKLJL Afriansyah di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (2/10).
Afriansyah mengatakan keberadaan GTO di mayoritas ruas tol dalam dan luar kota tidak efektif karena hanya 10 persen dari pengguna jalan tol yang menggunakannya.
"Hanya sedikit pengguna jalan tol yang memiliki akses menggunakan GTO sementera ribuan pengguna tol lainnya masih membayar tunai," katanya.
Ia meminta kepada perusahaan jalan tol dan Kementerian BUMN mengkaji kembali rencana pembangunan puluhan GTO karena akan mengurangi jumlah pekerja jalan bebas hambatan tersebut.
"Setiap pembangunan satu GTO akan mengurangi lima karyawan yang semestinya bisa berjaga di tiap gerbang tol," katanya.
Selain itu, SKJLJ yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) memiliki tuntutan bersama yakni menaikkan upah buruh 30 persen, menghapus sistem kerja outsourching, dan menolak rencana pemerintahan menaikkan harga BBM.
Untuk menyampaikan tuntutannya tersebut para pekerja jalan tol akan berorasi di Bundaran HI, Kantor Gubernur DKI dan Kementerian BUMN.
Afriansyah mengatakan unjuk rasa hari ini merupakan aksi pemanasan dan rencananya jika tuntutannya tidak didengar perusahaan dan pemerintah maka akan ada aksi mogok nasional pekerja yang akan dilakukan pada awal November 2014.