Rabu 01 Oct 2014 16:32 WIB
Perebutan Kursi Pimpinan DPR

Barter Kursi Dengan Demokrat, PDIP Disebut Pragmatis

Rep: C83/ Red: Indira Rezkisari
Anggota DPR berjalan keluar ruangan usai mengikuti pelantikan anggota DPR-DPD-MPR diKompleks parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (1/10). Ada 10 partai politik dengan 560 anggota DPR RI untuk periode 2014-2019.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Anggota DPR berjalan keluar ruangan usai mengikuti pelantikan anggota DPR-DPD-MPR diKompleks parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (1/10). Ada 10 partai politik dengan 560 anggota DPR RI untuk periode 2014-2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor mengatakan langkah PDIP yang bersedia berbagi jatah kursi kabinet jika Demokrat dan partai lain mendukung mereka dalam pemilihan calon ketua DPR dinilai membuat PDI menjadi partai yang pragmatis. Hal tersebut dikarenakan apa yang menjadi janji Jokowi untuk membangun kabinet tanpa transaksional menjadi hilang.

Ia menjelaskan, PDIP menyadari ada ketimpangan suara yang besar di parlemen. Sehingga langkah penawaran ini dirasakan perlu dilakukan untuk mengamankan suara PDIP di parlemen. Ini agar program-program yang direncanakan Jokwoi dapat terlaksana dengan baik.

"Jokowi punya dua bahasa. Bahasa kampanye dan pasca kampanye. Bukan suatu hal yang mengherankan jika janji kampanye menjadi kenangan," ujar Firman Noor, Rabu (1/10).

Ia menambahkan, saat ini situasi politik berubah sehingga otomatis PDIP juga harus mengubah strategi. Salah satunya yaitu dengan mengorbankan janji kampanye, kususnya mengenai pembentukan kabinet tanpa transaksional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement