Selasa 30 Sep 2014 14:51 WIB

Jokowi Masih Kaji Opsi Kenaikan Harga BBM

Rep: Halimatus Sadiyah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Jokowi (Joko Widodo) di Balai Kota, Jakarta, Rabu (3/9). (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Jokowi (Joko Widodo) di Balai Kota, Jakarta, Rabu (3/9). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) tak membantah dan tak juga mengiyakan mengenai rencana kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 yang kabarnya akan dimulai November mendatang. Menurut Jokowi, semua opsi kenaikan harga BBM subsidi hingga kini masih dalam proses kalkulasi.

"Siapa bilang? Baru dalam proses hitung-hitungan. Berapa kenaikannya belum, kapannya juga belum," ujar gubernur DKI Jakarta tersebut di Balai Kota, Selasa (30/9).

Menurut Jokowi, ada beberapa opsi kenaikan harga BBM. Mulai dari kenaikan Rp 500 sampai Rp 3.000 per liter. Jokowi mengatakan, ia baru akan bicara mengenai rencana kenaikan harga BBM setelah resmi dilantik sebagai presiden 20 Oktober mendatang.

Wacana kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 3.000 per liter mulai November mendatang pertama kali dilontarkan oleh dewan penasehat tim transisi Luhut Pandjaitan dalam acara Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2014 di kantor BPPT.

Menurut Luhut, sebagai kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi, pemerintah akan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada rakyat miskin.  "(BLT), bentuknya sedang diatur. Yang dapat 27 juta orang. Bentuknya sedang disusun oleh tim," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement