REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) sedang memburu pihak lain yang memberikan suap kepada tersangka Annas Maamun. Juru Bicara KPK, Johan Budi mengatakan, penyidik di internal lembaganya tak percaya kalau hubungan antara Gubernur Riau dan tersangka Gulat Manurung, tak melibatkan pengusaha-pengusaha lain.
"Uang temuan KPK dalam operasi tangkap tangan ada dugaan dari pihak lain selain tersangka Gulat," kata Johan, Senin (29/9).
Meski masih enggan membeberkan pihak lain yang dimaksud, akan tetapi Johan mengatakan pengembangan kasus alih fungsi hutan itu, melibatkan pengusaha-pengusaha hitam lainnya.
Seperti diketahui, Annas ditangkap dalam operasi tangkap tangan KPK pada, Jumat (26/9). Dalam operasi tersebut sembilan orang yang terjaring. Namun, proses intensif baru menyisakan dua orang tersangka. Yakni Annas sebagai pene-rima dan Gulat sebagai pemberi suap.
Dalam operasi itu, KPK berhasil menyita uang suap senilai ku-rang lebih Rp 2 miliar. Uang itu terdiri dari Rp 500 juta, dan 156 ribu dolar Singapura. Uang lainnya adalah dalam bentuk dolar AS senilai 300 ribu.
Namun dalam penyidikan sementara, Annas hanya mengakui pecahan dolar Singapura dan rupiah sebagai imbalan untukn-ya. Sedangkan, uang pecahan dolar AS diakuinya sebagai mi-lik pribadi. Johan mengatakan, keberadaan uang dolar AS dal-am jumlah tak sedikit itu menjadi penyidikan serius.
Sebab dikatakan dia, banyak dugaan di dalamnya. Ketua KPK Abraham Samad sendiri pernah menyatakan kecurigaannya, bahwa uang tersebut boleh jadi sebagai panjar untuk proyek-proyek lainnya. Sebab, bersama uang itu, juga ditemukan daf-tar nama-nama proyek yang akan dikerjakan di Pemprov Riau.
Karena itu, diterangkan Johan, ada dugaan keterlibatan Gulat sebagai pemberi suap hanyalah perantara. "Kemungkinannya, uang itu berasal dari pihak-pihak lain, ini sedang didalami pen-yidik," ujar dia.