REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski akhir-akhir ini udara di wilayah Jakarta terasa sangat panas, namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memastikan kondisi tersebut masih normal. BMKG menyebutkan, suhu tertinggi masih 37 derajat.
Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG, Harry Tirto Djatmiko, menjelaskan, suhu udara normal, berkisar antara 34 sampai 37 derajat celcius. "Dari pantauan terakhir kondisi relatif normal. Suhu Jakarta masih 37 derajat, berkonsentrasi di Jakarta Pusat dan Utara," ujarnya, saat dihubungi Republika, Senin, (29/9).
Ia mengungkapkan, BMKG telah mengumpulkan data selama 30 tahun. Sampai September 2014, suhu yang pernah terjadi sekitar 34 hingga 37 derajat. Suhu pernah mencapai 38 derajat namun tak sering.
Harry memastikan, setiap tahun, musim berpola sama. "Untuk melihat kondisi cuaca, tak hanya dipengaruhi suhu udara, tetapi parameter cuaca lainnya, seperti kelembapan udara, arah angin, pola tekanan, dan lainnya," jelasnya.
Ia mengungkapkan, kini cahaya matahari berada di Khatulistiwa dan agak ke selatan. Sehingga radiasi matahari yang diterima di wilayah Indonesia di bagian selatan khatulistiwa cukup optimal, atau radiasi optimum.
Panas yang dirasakan masyarakat, disebabkan oleh kelembapan kering. Ia menegaskan, meski optimal, bila kelembapannya kering, maka cahaya matahari sangat terik dan menyengat.
"Selain kelembapan yang masih rendah, angin dan pola tekanannya pun masih belum terpenuhi, sehingga cuaca sangat panas," katanya. Walau demikian, Hari memastikan, tak ada fenomena tertentu yang terjadi.
Harry menambahkan, masyarakat tak perlu khawatir, karena cuaca masih normal. Diperkirakan musim kemarau akan berlangsung hingga Oktober.