Ahad 28 Sep 2014 14:28 WIB

Ingin Aman, Jokowi Harus Pilih Kepala Intel Muda

Sejumlah anggota Polri mengikuti pelatihan dan pembinaan di Lapangan Bola, Polsek Palmerah, Jakarta, Senin (15/9).(Republika/Rakhmawaty La'lang).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Sejumlah anggota Polri mengikuti pelatihan dan pembinaan di Lapangan Bola, Polsek Palmerah, Jakarta, Senin (15/9).(Republika/Rakhmawaty La'lang).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden terpilih Jokowi perlu mencermati dengan serius proses pergantian Kepala Bagian Intelijen Keamanan (Kabaintelkam) Polri yang akan berlangsung akhir September 2014 ini. Agar

proses pelantikan Jokowi sebagai Presiden pada 20 Oktober berjalan tanpa gangguan yang serius.

“Saat ini beredar isu di kalangan elit Polri bahwa posisi Kabaintelkam akan dipegang oleh Akpol 81 atau satu angkatan dengan Kapolri Sutarman,” ujar Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, Ahad (28/9).

Namun, kalangan perwira muda di Polri menginginkan posisi Kabaintelkam dipegang oleh perwira muda, mengingat kinerja Intelkam Polri ke depanperlu mengimbangi kinerja pemerintahan baru Jokowi-JK yang dinamis.

Saat ini ada sejumlah nama yang muncul sebagai calon kuat untuk menjabat Kabaintelkam Polri. Di antaranya Irjen Syafrudin (Kadiv Propam), Irjen Noer Ali (Kapolda Jateng), Irjen Djoko Mukti Haryono (Wakaba Intelkam), dan beberapa nama pati dari Badan Intelijen Negara (BIN).

“Selama ini kinerja intelijen selalu kedodoran dan dikeluhkan banyak pihak. Padahal, ancaman keamanan ke depan, terutama di era pemerintahan Presiden Jokowi kian tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri,” tegas Neta.

Isu terorisme, narkoba, peredaran senjata api ilegal maupun konflik politik perlu dicermati Jokowi dengan pendekatan intelijen agar tidak mencuat menjadi gangguan kamtibmas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement