REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Anomali cuaca yang sangat panas sejak September 2014 menjadi perhatian serius Pemda DI Yogyakarta. Melalui surat keputusan No 111 tertanggal 15 September 2014, Gubernur DIY Sri Sultan memberlakukan status siaga bencana kekeringan di seluruh DI Yogyakarta. Hal ini lantaran kekeringan sudah melanda sebagian wilayah DIY.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Gatot Saptadi mengatakan, status ini dikeluarkan untuk menunjukkaan perhatian lebih dari semua pihak terkait kekeringan di DIY. "Anomali cuaca memang sangat terasa, kekeringan semakin meluas dan perlu penanganan serius," ujarnya kepada ROL, Ahad (28/9).
Menurutnya, saat ini kekeringan melanda di 24 kecamatan di DIY. Kekeringan merata di empat kabupaten di DIY yaitu di Kabupaten Bantul, Sleman, Kulonprogo dan Gunungkidul. Wilayah Bantul dan Gunungkidul yang mengalami kekeringan berada di sepanjang pesisir Pantai Selatan dan di wilayah Timur. Sedangkan di Kulonprogo terjadi di perbukitan Menoreh dan di Kabupaten Sleman kekeringan melanda beberapa desa di Prambanan.
"Yang tidak mengalami kekeringan hanya Kota Yogyakarta. Hanya saja di Kota Yogyakarta kita waspadai adanya kebakaran akibat anomali cuaca yang sangat panas ini," ujarnya.
Selain kekeringan, dan kebakaran pihaknya juga mewaspadai adanya bencana angin puting beliung. Pasalnya meski cuaca panas namun angin bertiup sangat kencang sehingg kemungkinan bencana angin puting beliung sangat besar.
Saat ini pihaknya bersama BPBD kabupaten/kota dan beberapa instansi terkait sudah melakukan droping air ke beberapa wilayah yang kering. Dengan status siaga tersebut seetidaknya pihak swasta juga ikut berperan serta dalam penanggulangan kekeringan. "Kita tengah ajukan dana melalui APBN kita tunggu dua pekan ini mudah-mudahan segera turun," katanya.
Sebab pihaknya khawatir jika kemarau dengan suhu yang cukup panas terjadi hingga November maka kekeringan akan semakin meluas.