Ahad 28 Sep 2014 08:52 WIB

Lahan Kritis di Cianjur masih Tersisa 62 Ribu Hektare

Rep: Riga Iman/ Red: Bayu Hermawan
Sejumlah warga berjalan melintasi kebun bawang di kampung Sarongge, kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango , Cianjur , Jabar,
Foto: Antara
Sejumlah warga berjalan melintasi kebun bawang di kampung Sarongge, kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango , Cianjur , Jabar,

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Hingga September 2014, luas lahan kritis di Kabupaten Cianjur tercatat mencapai 62 ribu hektare. Pemerintah Kabupaten pun terus berupaya melakukan upaya penghijauan terhadap lahan kritis itu.

"Ribuan hektare lahan kritis itu merupakan hutan rakyat," ujar Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Cianjur Mochamad Ginanjar, kepada Republika, Ahad (28/9).

Ia melanjutkan, saat ini Pemkab berupaya melakukan upaya penghijauan dengan menanam pohon di lahan kritis tersebut. Ginanjar mengatakan pada tahun ini, Pemkab telah menargetkaan penanaman sebanyak 9 juta pohon.

Jutaan pohon tersebut akan ditanam di areal seluas 100 hektare hingga 300 hektare. Lahan kritis tersebut kebanyakan berada di wilayah selatan Cianjur. Menurutnya program penanganan lahan kritis ini akan secara rutin digalakan Pemkab Cianjur.

Selain itu penanganannya juga mendapatkan dukungan dari institusi lainnya dari pemerintah pusat dan kalangan swasta.Hal itu misalnya dilakukan Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan Green Radio yang mendorong lahirnya kampung wisata di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) di Kecamatan Pacet.

Konsep desa wisata tersebut dinilai berhasil dalam meneka aksi perambahan hutan yang dilakukan warga. Pasalnya, warga diberikan peluang untuk mengelola kawasan wisata dan kegiatan pemberdayaan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement