REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengisyaratkan tidak akan maju dalam Pemilihan Kepala Daerah Surabaya untuk kedua kalinya, dengan pertimbangan biaya yang mahal untuk pelaksanaan pilkada melalui DPRD.
"Saya tidak punya uang. Sebenarnya, kalau pilkada langsung biaya relatif lebih murah," kata Tri Rismaharini di hadapan 22 duta besar negara sahabat pada acara bertajuk 'Updates from the Region (UFTR): Exploring the Potentials of Surabaya City' di Pemkot Surabaya, Sabtu.
Ia sebelumnya juga menanggapi disahkannya RUU Pilkada dipilih DPRD, dengan menyatakan dirinya setuju atau tidak setuju terhadap sistem pemilihan itu."Jadi saya tidak ngomong suka atau tidak suka terkait pemilihan tidak langsung. Kalau pendapat pribadi, enak dipilih masyarakat. Ini pendapat pribadi ya," katanya.
Menurut dia, pemilihan secara langsung akan lebih bisa diterima masyarakat. "Saya tidak tahu tentang RUU Pilkada. Pemilihan saya dulu bergulir begitu saja. Yang penting yang terbaik untuk bangsa. Saya juga tidak mengalami dipilih oleh DPRD," katanya.
Dengan pemilihan langsung, maka dirinya bisa mendengarkan langsung aspirasi dan kehendak dari masyarakat. Selain itu juga bisa memperhatikan kepentingan masyarakat.
Selain itu, menurut dia, dirinya akan mendapatkan masukan secara detail dari masyarakat. Dia juga bisa berjanji dan mewujudkan janji itu secara langsung.
Jauh-jauh hari, Risma juga menegaskan tidak berminat lagi maju pada Pilkada Surabaya 2015, melainkan sedang memproses rencana kepindahan dirinya dari pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya menjadi dosen di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Namun, informasi yang diperoleh dari salah seorang pimpinan parpol di Surabaya yang masuk Koalisi Merah Putih yang tidak mau disebutkan namanya, mengaku bahwa dirinya sempat didatangi orang dekat Risma yang menjadi pejabat penting di Pemkot Surabaya.
Orang dekat Risma tersebut sempat mengatakan bahwa Risma masih ingin maju pada Pilkada Surabaya 2015. Hanya saja, jika pilkada dipilih langsung, maka Risma lebih memilih jalur independen. "Bu Risma tidak mau diatur-atur oleh partai pengusung, jadi ingin maju lewat jalur independen," katanya.
Namun, kata sumber itu, jika pilkada tidak langsung atau dipilih DPRD, maka bisa saja Risma maju lewat Koalisi Merah Putih. Ini mengingat dukungan masyarakat Surabaya cukup besar agar Risma maju lagi di pilkada.
"Semua bisa saja terjadi. Jika Golkar Surabaya sebagai bagian Koalisi Merah Putih sempat menolak mengusung Risma, tapi di tingkat DPP sudah ada arahan mendukung Risma. Itu sudah dilakukan pendekatan melalui Priyo Budi Santoso," katanya.