Jumat 26 Sep 2014 23:15 WIB

Musim Kemarau Tiba, Harga Sayuran Melonjak

Rep: Eko Widiyanto/ Red: M Akbar
Pedagang menata komoditas sayuran dan holtikultura di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, Jumat (22/8). (Republika/Tahta Aidilla).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pedagang menata komoditas sayuran dan holtikultura di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, Jumat (22/8). (Republika/Tahta Aidilla).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Musim kemarau menyebabkan petani sayuran tidak bisa optimal menggarap lahannya. Dampaknya, harga sayuran di pasar tradisional di Kabupaten Banyumas mulai merangkak naik.

''Harga sayuran mengalami kenaikan cukup tinggi karena pasokan dari sentra penghasil sayur di lereng Gunung Slamet juga makin sedikit,'' kata Atun (43), seorang pedagang sayur di Pasar Wage, Purwokerto, Jumat (26/9).

Seperti sayuran tomat yang dalam kondisi normal hanya dihargai Rp 5.000/kg, sekarng melonjak hingga Rp 11.000/kg. Wortel yang tadinya Rp 5.000/kg menjadi Rp 10.000 kg, kubis naik dari Rp 3.500/kg menjadi Rp 7.000/kg, daun bawang dari Rp 3.000/kg menjadi Rp 7.000/kg, dan cabe merah naik  menjadi Rp 20.000 hingga Rp 25 000.

Atun  (40), hampir seluruh komoditas sayuran, kenaikannya saat ini sudah mencapai dua kali lipat. ''Kenaikan harga sayur-mayur ini sebenarnya sudah berlangsung sejak awal musim kemarau. Sejak itu, harga sayuran terus naik hingga harganya mencapai seperti sekarang ini,'' jelasnya.

Menurutnya, sayur mayur yang dipasok ke pasar-pasar tradisional di Kota Purwokerto dan sekitarnya, hampir semuanya dipasok dari wilayah lereng Gunung Slamet. Antara, dari wilayah Sumbang, wilayah Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, dan wilayah Kaligua Kabupaten Brebes. ''Seluruh lahan pertanian di wilayah itu, saat ini sudah mengalami kesulitan air sehingga pasokan sayuran juga semakin sedikit,'' jelasnya.

Bahkan dia menyebutkan, kualitas sayuran juga tidak sesegar biasanya dan ukurannya menjadi lebi kecil. ''Seperti wortel dan tomat, sakarang tidak ada yang ukurannya cukup besar. Kebanyakan kecil-kecil,'' jelasnya.

Sugito (45), Kepala Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga, mengakui pada musim kemarau seperti saat ini, harga sayuran memang mengalami kenaikan cukup tinggi.

Namun dia menyebutkan, kenaikan tersebut tidak bisa dimanfaatkan optimal oleh para petani, karena hasil produksinya juga menurun drastis. ''Petani tidak menanami seluruh lahan pertaniannya, karena pasokan airnya juga sulit,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement