REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Jumlah penderita HIV/AIDS di Bali terus bertambah. Bahkan sesuai data yang dilansir oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pusat, jumlahnya hingga saat ini mencapai 26.000 orang. Jumlah tersebut namun diragukan pemerintah Bali.
"Estimasi ini terlalu besar, kemungkinan belum mencerminkan fakta yang sesungguhnya. Jadi kami memerlukan penjelasan mengenai hal itu," kata Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta.
Pernyataan Sudikerta itu dikemukakan dalam rapat koordinasi yang membahas perkiraan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Bali. Pada kesempatan itu sebagaimana dijelaskan Karo Humas Pemprov Bali, Dewa Gede Mahendra, di Denpasar, Jumat (26/9), Sudikerta mengatakan jumlah itu sangat besar.
Sudikerta berharap seluruh jajaran terkait penanganan HIV/AIDS di Bali untuk melakukan valuasi agar diperoleh data yang lebih akurat. Rakor dihadiri Ketua I,II, III KPA Bali, Kadiskes Provinsi Bali, KPA Kab/Kota se-Bali, Ketua LSM Peduli HIV/AIDS serta kalangan akademisi.
"Saya minta kabupaten/kota melakukan langkah strategis dan mensinergikan program dengan provinsi. Benahi regulasi dan buat program penanggulan yang lebih jelas dan pasti,” pintanya.
Sementara itu, Koordinator Pokja Perencanaan dan Monitoring dan Evaluasi KPA Provinsi Bali Prof Dr Wirawan meragukan atas estimasi data penderita HIV/AIDS yang dirilis oleh pusat. Kemungkinan, kata dia, terjadi kesalahan saat melakukan penentuan estimasi.
Jika dilihat dari data kumulatif dari tahun 1987-2014 sebutnya, jumlah ODHA di Bali mencapai 9.477. Dari data itu, sebanyak 4.455 orang adalah penderita AIDS dan 5.022 penderita HIV positif. Karenanya, jika melihat angka-angka itu, diperkirakan pada 2014 masih ada sebanyak 6.000 ODHA. "Saya itu adalah angka yang realistis, kata Wirawan.