Rabu 24 Sep 2014 07:11 WIB

Indonesia Perlu Contoh India dalam Melindungi Petani

Gula impor
Foto: Antara
Gula impor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mewujudkan kemandirian pangan, Pemerintahan Jokowi-JK dinilai perlu memangkas  kewenangan Kementerian Perdagangan dalam mengatur masalah impor.

"Selama ini kebijakan Kementerian Perdagangan cenderung tidak berpihak ke petani," ujar Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis, Kamajaya.

Menurut dia, komoditas pangan yang berbasis komunitas besar seperti petani padi, gula, jagung, termasuk produk peternak dan nelayan, harus dikendalikan oleh kementerian yang memang tahu produksi di lapangan, bukan oleh Kementerian Perdagangan.

"Kalau sekarang kan nggak,  yang pegang kendali Kementerian Perdagangan. Mereka nggak mikirin apa yang terjadi pada para petani dan nelayan. Sekarang gini, kemarin harga gula petani dilelang Rp 8.250 saja, ora payu. Karena gula impor dijual di bawah itu. Jadi nggak match, jomplang banget, (kemendag) berat ke kapitalis, petani diinjak terus," tutur Kamajaya.

Indonesia, kata Kamajaya, harus mencontoh India soal bagaimana membangun pola kerja Kementerian Perdagangan dan Pertanian. India negara  berpenduduk lebih dari 1 miliar itu juga berbasis petani.

"India itu menjadikan kebijakan perdagangannya sebagai sub kebijakan produk pangan mereka. Jadi India itu impor atau ekspor ngggak boleh sembarangan, harus nanyain dulu kondisi produksi  dan harga petani mereka bagaimana. Baru mereka gunakan basis itu untuk ambil kebijakan perdagangan. Kalau kita dibalik, yang penting impor, ambil gampangnya saja. Dan itu hanya dinikmati segelintir kapitalis yang memang mencari rente," ungkapnya.

Dengan kebijaan itu, India tak perlu takut kalau diberi sanksi oleh World Trade Organization (WTO). Seperti India, Indonesia juga mestinya tak perlu kuatir untuk memproteksi produk dalam negeri.

"Jangankan India, Iran saja disanksi sampai 20 tahun nggak masalah. kenapa kita mesti takut," tantangnya. Kamajaya menekankan perlunya perombakan tugas dan fungsi kementerian perdagangan itu mendesak untuk dilakukan.

"Ya harus. Kalau tidak, tinggal tunggu saja petani bukan hanya demo, mereka suatu saat bisa meledak. Kalau setiap panen yang numpuk adalah utangnya, lama-lama mereka meledak walaupun petani, khususnya di Jawa itu, memiliki  sifat nrimo," cetusnya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement