Senin 22 Sep 2014 18:00 WIB

Frustrasi, Petani Tebu Jatim Ancam Bakar Ladang

Rep: C54/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Petani tebu  (ilustrasi)
Foto: Antara
Petani tebu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Para petani tebu di Jawa Timur (Jatim) meradang setelah dua bulan tak dibayar PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI). Produk gula hasil olahan tebu mereka masih menumpuk di pabrik-pabrik PTPN XI karena tak laku.

Sementara, dana talangan Rp 8.500 per kilogram (/Kg) tak kunjung yang seharusnya dibayarkan PTPN XI karena mengalami kerugian. Merespon kondisi tersebut, hampir dua ribu petani yang berhimpun dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menggelar unjuk rasa di kantor PTPN XI, Surabaya, Senin (22/9).

Para petani dari berbagai daerah di Jatim itu menuntut dana talangan segera direalisasikan. Jika tidak, dengan alasan frustrasi, para petani mengancam akan membakar ladang tebu mereka.  

Ketua APTRI Arum Sabil menjelaskan, sebagai perusahaan gula dengan bahan baku 75 persen dari petani, PTPN XI diberi kewenangan mengimpor demi menjaga stabilitas gula nasional. Sebagai syarat, mereka wajib melindungi para petani tebu, di antaranya adalah memberikan dana talangan.

Menurut Arum, berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 45/2014, dana talangan yang ditetapkan berdasarkan harga patokan petani (HPP) sebesar Rp 8500/Kg. Namun menurut Arum, dana tersebut sudah dua bulan tidak direalisasikan kerena PTPN XI dalam kondisi merugi.

Kerugiaan yang diderita PTPN XI sendiri, menurut Arum disebabkan karena praktik curang yang dilakukan manajemen PTPN XI. Arum menuding, kecurangan dan kecacatan manajemen terjadi dalam sejumlah kasus. Pertama, menurut dia, adalah penetapan rendemen atau kadar kandungan gula dalam tebu.

“Berdasarkan survei dan hasil kajian, rendemen tebu kami pada Agustus-September 2014 seharusnya minimal sembilan persen. Namun kenyataannya mereka menetapkan rendemen hanya tujuh persen,” ujar Arum.

Akibatnya menurut Arum, petani mengalami kerugian besar karena nilai ekonomi tebu mereka berkurang. Nilai ekonomi tebu yang menyusut, terlebih produk gula mereka tidak terjua PTPN XI, menurut Arum benar-benar membuat petani menderita dan memukul produksi tebu rakyat.

Arum menduga, dibalik rendahnya poin rendemen tersebut terdapat penimbunan hasil produksi. Menurut dia, hal tersebut dilakukan demi menutupi kerugian yang terus diderita pihak PTPN XI. “Coba diperiksa, pasti di pabrik-pabrik ada gula-gula tak bertuan,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement