REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kapolda NTB Brigjen Pol Sriyono mengharapkan jenazah teroris NR (23) yang tewas tertembak saat Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror melakukan penggerebekan di Kabupaten Dompu, Sabtu, segera dipulangkan.
"Semoga proses autopsi NR (23) berjalan dengan lancar tanpa kendala, agar jenazahnya bisa cepat dipulangkan dan dimakamkan oleh pihak keluarganya di Dompu," katanya di Mataram, Ahad (21/9).
Hal itu dikatakannya, karena jika pihak Rumah Sakit Bhayangkara Mataram mengalami kesulitan saat mengautopsi jenazah NR (23), maka rencananya pihak Markas Besar Kepolisian Republik INdonesia akan mengambil alih prosesi tersebut.
"Jika kesulitan dalam proses autopsinya, maka jenazah akan langsung diterbangkan ke Mabes Polri untuk ditindaklanjut," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia mengharapkan dukungan dari seluruh pihak agar mendoakan dan mendukung proses autopsi jenazah NR (23) berjalan lancar dan cepat dipertemukan keluarga.
"Bagaimanapun juga dia adalah warga kita, saudara kita, kami mengkhawatirkan keluarganya yang resah menunggu kedatangan jenazah korban, jangan sampai mereka terlarut dalam kesedihannya," ucap Sriyono.
Saat ini jenazah telah ditempatkan di RS Bhayangkara Mataram, tampak puluhan aparat sedang berjaga-jaga mengamankan jenazah NR (23).
NR (23) tewas tertembak pada Sabtu (20/9) malam, saat Tim Densus 88/Antiteror melakukan aksi penggerebekan di Dusun Kala Timur, Desa O'o, Kecamatan Dompu. Dalam aksi penggerebekan oleh Tim Densus 88/Antiteror tersebut, Kesatuan Brigade Mobil (Brimob) dan Shabara maupun Tim Penjinak Bom dari Polda NTB ikut membantu.
Menurut keterangan warga yang melihat kejadian pada Sabtu (20/9) malam, proses penggerebekan itu berjalan dengan cepat dan mengakibatkan NR (23) tewas tertembak.
NR (23) diketahui dalam kesehariannya bekerja sebagai petani di daerah tersebut, dia adalah adik guru Pondok Pesantren Umar Bin Khatab (UBK) yakni Firdaus. Firdaus sendiri bernasib sama dengan adiknya, dia tewas di Ponpes UBK akibat terkena ledakan bom molotov pada dua tahun lalu.
Saat itu Satgas Polda NTB melakukan pengepungan di Ponpes yang berada di Sanolo, pasca penusukan seorang anggota kepolisian yang dilakukan oleh muridnya bernama Sakban.