REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Operasi hujan buatan yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berdampak pada kebakaran di Sumatra dan Kalimantan. Hujan buatan menyebabkan hujan jatuh di beberapa tempat dalam dua hari terakhir di Sumatera dan Kalimantan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan hujan buatan telah mempercepat jatuhnya hujan dan meningkatkan intensitas hujan. Pada Ahad, hujan turun di Kota Palembang dan sekitarnya.
“Hotspot di Sumatera berkurang drastis. Jarak pandang juga meningkat,” kata Sutopo dalam pernyataan kepada wartawan, Ahad (21/9).
Berdasarkan pantauan satelit Modis (Terra dan Aqua) pada Ahad, kata Sutopo, hotspot tersebar di Sumsel 35, Lampung 7, Kalbar, 86, Kalteng 451, Kalsel 75 dan Kaltim 132 titik. Bahkan, tidak ada hotspot di Riau dan Jambi. Sedangkan pantauan satelit NOAA-18 pada Ahad, hotspot berada di Sumsel 31, Kalbar 45, Kalteng 25, dan Kalitim tiga titik. Hotspot di Sumsel ada di Ogan Komering Ilir 34 dan Lubuk Linggau satu titik.
Sebaran 451 hotspot di Kalteng terdapat di Kotawaringin Barat 3, Kotawaringin Timur 47, Kapuas 96, Barito Selatan 48, Barito Utara 13, Sukamara 6, Seruyan 10, Katingan 110, Pulangpisau 59, Gunungmas 8, Barito Timur 15, Murung Raya 4, dan Palangkaraya 32.
Menurut Sutopo, kebakaran berada di perkebunan dan lahan dekat permukiman. Hal itu mengindikasikan kesengajaan membakar lahan. “Kombinasi antara illegal logging dan pembakaran hutan dan lahan merupakan modus yang banyak dilakukan di Sumsel,” ujarnya.
Hingga kini, pemerintah terus melakukan upaya penanggulangan bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Upaya dilakukan melalui operasi darat, operasi udara, penegakan hukum, sosialisasi dan kesehatan masyarakat. Sutopo mengatakan Kepala BNPB, Syamsul Maarif, menyatakan BNPB akan terus memperkuat Pemda untuk mengatasi kebakaran lahan dan hutan. Pemerintah lebih mengedepankan penegakan hukum karena dianggap lebih efektif untuk pencegahan.