REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari The Political Literacy, Adi Prayitno menilai diundangnya PAN dan PPP, dalam acara Rakernas PDIP di Semarang, menunjukan ketakutan pemerintahan Jokowi-JK terhadap legitimasi partai di parlemen.
"Kalau tujuan PDIP mengundang dua partai ini jelas untuk merobek kekuatan koalisi merah putih di parlemen," kata pengamat politik The Political Literacy Adi Prayitno saat dihubungi Republika, Ahad (21/9).
Karena menurutnya sejauh ini Jokowi-JK masih gamang dengan kekuatan parlemen mereka. Makanya, kata Adi, PAN dan PPP paling mungkin digoda dengan iming-iming jatah kursi itu. Seharusnya, meski ditawari menteri, PPP dan PAN harus menolak itu demi menjaga dignity dan marwah partai.
"Kedua partai ini harus buktikan kalau partai politik itu tak identik dengan kekuasaan semata," ujarnya.
Meski kalah dalam merbut kekuasa di pemerintah, Adi berkata, partai itu harus punya dignity dan kewibaan. "Sekali kalah maka harus berani berada di luar kekuasaan," katanya.
Dalam Rakernas PDIP di Semarang pada Sabtu (20/9) kemarin, perwakilan dari PAN dan PPP terlihat hadir. PAN yang dalam Pilpres lalu merupakan pendukung utama Cawapres Hatta Rajasa, hadir dalam Rakernas dengan diwakili oleh Drajat Wibowo dan Catur Saprto Edy.
Sementara PPP hadir dengan diwakili oleh Emron Pangkapi, yang saat ini terlibat perseteruan dengan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali.