REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor, mengatakan hingga saat ini, belum ada yang bisa menggantikan posisi Megawati Soekarnoputri di PDIP. Masing-masing kelompok di internal partai dinilai sudah merasa nyaman dengan posisi Mega sebagai penentu dalam partai.
Meski begitu, ia menegaskan regenerasi di tubuh PDIP harus dilakukan. Megawati, lanjutnya, harus mulai meminta kadernya bersaing secara sehat dari sekarang ketika Mega masih aktif dan bisa dimintai pandangan politiknya.
"Dalam beberapa tahun ke depan itu (regenerasi) sebuah keharusan, sehubungan berakhirnya usia politik Mega," tutur Firman, kepada Republika, Ahad (21/9).
Jika regenerasi tak juga dilakukan, dikhawatirkan di masa depan tidak ada sosok kuat di masa depan yang bisa menyatukan partai.
"Akan ada situasi yang cukup drastis, jika regenerasi dilakukan setelah Mega berakhir dalam politik," ujar dia.
Menurutnya, hanya tinggal menunggu waktu jika ada sosok yang secara eksplisit dinyatakan Mega sebagai penggantinya. Tetapi, untuk saat ini PDIP dianggap belum terbiasa bersaing secara bebas dan sudah terbiasa dengan bimbingan tokoh kuat seperti Megawati.
Terpilihnya kembali Mega sebagai ketua umum dalam rekomendasi Rapat Kerja Nasional IV PDIP di Semarang, Sabtu (20/9), menurutnya adalah kebutuhan internal untuk menjaga stabilitas partai.
Rakernas IV PDI Perjuangan di Semarang, Sabtu (20/9), merekomendasikan Megawati Soekarnoputri memimpin kembali PDI Perjuangan pada periode 2015-2020. Rekomendasi ini nantinya akan disahkan dalam kongres partai pada April 2015.