Jumat 19 Sep 2014 14:04 WIB

Kekeringan, Warga NTT Patungan Beli Air

Rep: C85/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
kekeringan - ilustrasi
kekeringan - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KENDAUTANA - Kemarau panjang yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia

belum usai. Di beberapa daerah bahkan kondisinya semakin parah, termasuk di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Warga mengalami kesulitan untuk memeroleh air bersih. Hujan yang belum juga turun memaksa warga Sumba untuk membeli air yang dijual oleh pemasok dari kota. "Kami beli 150 ribu pertangki. Satu tangkinya 5 ribu liter," ujar Pater Mike salah satu tokoh masyarakat di Desa Kendautana, Sumba Barat Daya yang juga mengalami kekeringan.

Satu tangki air tersebut biasa digunakan untuk kebutuhan hidup warga satu kampung yang

terdiri dari sekitar 30 kepala keluarga. Selain di Kendautana, kekeringan juga dialami warga Lewa, Sumba Timur. Di sana bahkan warga terpaksa berjalan 3 km setiap hari untuk mengambil air dari sungai terdekat.

Seorang warga, Bernadus Missa, mengaku dirinya harus mengambil berliter-liter air tiap hari untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk menyirami sayur mayur yang dia tanam di halaman rumahnya. "Kalau ada uang bisa beli air tangki. Tapi saya lebih memilih ambil di sungai, ngirit," ujarnya.

Kekeringan di Sumba sudah terjadi sejak akhir Juli lalu. Banyak masyarakat di Pukau Sumba yang lantas rela untuk tidak mandi demi mengirt air.  Sebuah lahan perkebunan di Lewa bahkan mengalami kekeringan, dan mengancam produksi sayur mayur yang ditanam.

"Padahal kami pakai pompa air tanah dalam. Tapi karena parahnya musim kemarau tahun ini, air tanah menurun permukaannya, sehingga tidak terjangkau pipa pompa," ujar Made salah satu tokoh tani di Lewa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement