Rabu 17 Sep 2014 20:21 WIB

Sehari 3 Letusan Besar Terdengar dari Gunung Slamet

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Bayu Hermawan
Letusan lava Gunung Slamet terlihat dari Desa  Pandansari, Paguyangan,Brebes Jawa Tengah Jumat (12/9) dini hari.(
Letusan lava Gunung Slamet terlihat dari Desa Pandansari, Paguyangan,Brebes Jawa Tengah Jumat (12/9) dini hari.(

REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Sepanjang Rabu (17/9), Gunung Slamet tiga kali mengalami letusan besar. Suara dentuman yang mirip suara petir tersebut, juga terdengar oleh warga di obyek wisata Guci Kabupaten Tegal, yang berada di kaki Gunung Slamet sebelah Barat.

Arif, dari Gallawi Rescue yang juga masuk dalam Tim SAR Kabupaten Tegal, menyebutkan tiga letusan dengan suara dentuman sangat keras tersebut, terjadi pada pukul 10.30, pukul 11.38 dan pukul 14.26. Ketiga letusan besar ini disertai dengan kepulan asap kelabu tebal, yang menyebabkan hujan abu.

''Bahkan kami juga melihat ada batu pijar besar yang dilontarkan dari puncak Slamet,'' katanya.

Ia melanjutkan, lontaran lava pijar tersebut, sebagian mengarah ke lereng gunung bagian selatan, utara dan timur. Hal ini menyebabkan kebakaran di padang savana batas area vegetasi dan non vegetasi di wilayah jalur pendakian dari Dusun Bambangan Desa Kutabawa Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalinga dan lereng Slamet yang masuk wilayah Kabupaten Pemalang.

''Untuk wilayah barat, justru tidak ada lontaran batu pijar yang menyebabkan kebakaran,'' katanya.

Sementara pada letusan terakhir yang terjadi pukul 14.26 WIB, telah menyebabkan hujan pasir dan abu di wilayah Kota Purwokerto.

Hujan abu dan pasir ini, tidak hanya menjangkau wilayah pemukiman di sisi paling utara Kabupaten Banyumas yang berada di kaki Gunung Slamet, tapi juga menjangkau wilayah Kota Purwokerto. Beberapa warga mengaku, pakaian yang dijemur menjadi kotor karena terkena hujan abu dan pasir.

"Saya tidak tahu kalau hujan abu sampai Purwokerto. Waktu hendak mengangkat jemuran, tahu-tahu semua pakaian yang saya jemur menjadi kotor karena terkena hujan pasir dan abu dari Gunung Slamet,'' jelas Ny Arum (45), warga Desa Karangklesem Kecamatan Purwokerto Selatan.

Beberapa warga lainnya, mengaku hujan abu dan pasir tersebut, terdengar di rumah-rumah yang atapnya terbuat dari seng.

''Suaranya seperti atap tersiram air hujan. Saya kira hujan karena cuaca memang agak mendung. Namun saat kami perhatikan, ternyata hujan abu,'' kata Ny Evi (46), warga Perumahan Tanjung Elok Kecamatan Purwokerto Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement