Selasa 16 Sep 2014 19:33 WIB

Ahok: tidak Boleh Lagi Ambil Air Tanah

Rep: c66/ Red: Ratna Puspita
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Foto: antara
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

REPUBLIKA.CO.ID, BALAI KOTA -- Intrusi air laut di DKI Jakarta, terutama bagian utara, belum tertanggulangi secara tepat. Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, salah satu penyebab utama intrusi air laut adalah banyaknya pengambilan air tanah.

Pria yang karab disapa Ahok itu menyatakan, warga harus beralih menggunakan layanan Perusahaan Air Minum (PAM) untuk menghindari pengambilan air tanah. "Enggak ada cara lain. Satu-satunya cara, warga tidak boleh lagi mengambil air tanah. Harus melalui PAM," ujar dia, di Balai Kota DKI, Selasa (16/9).

Intrusi air laut merupakan masuknya air laut ke dalam lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air. Akibatnya, air tanah terkontaminasi air laut sehingga tidak bisa lagi digunakan sebagai sumber air.

Di Jakarta, intrusi air laut paling parah terjadi di wilayah utara. Air sumur warga di wilayah Jakarta Utara seperti Tanjung Priok dan Cilincing terasa payau.

Air tersebut tidak bisa dikonsumsi. Warga juga tidak dapat menggunakan air payau itu untuk melakukan Mandi Cuci Kakus (MCK) karena kerap membuat warga gatal-gatal.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pernah menyatakan pengambilan air tanah di Jakarta melebihi setengah aliran air tanah yang masuk dalam akuifer menengah dan dalam. Sehingga, akuifier di Jakarta memasuki kondisi kritis hingga rusak. Akuifier merupakan lapisan tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air.

Persoalan, pipa PAM Jaya belum menjangkau seluruh wilayah Ibu Kota. PAM Jaya bekerjasama dengan PT Palyja dan PT Aetra masih melakukan penyesuaian air bersih melalui pipa-pipa. Sebab, pipa-pipa yang mengalirkan air bersih baru dapat menjangkau 45 persen penduduk di Ibu Kota. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement