REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO — Seorang kakek berusia 65 tahun bernama Djuwito memendam kekecewaan yang sangat besar di dadanya. Delapan tahun berlalu sejak rumahnya, di Desa Renokenongo, Sidoarjo, ditenggelamkan lumpur panas yang menyembur dari bilik PT Lapindo Brantas.
Demi menuntut ganti rugi, bermacam cara protes telah dia lakukan bersama kawan-kawannya seperjuangan. Sayang, hanya janji-janji manis yang didapat. Ini-itu janji penguasa selalu menguap, bak asap yang mengepul dari lumpur panas yang menimbun harta bendanya.
Kejadian terbaru, misalnya, Djuwito dan warga korban lumpur Lapindo kembali merasa dibodohi pemerintah. Tiket pesawat sudah Djuwito pesan bersama ketiga kawannya sejak jauh hari. Tanggal 9 September lalu, dia dijanjikan bertemu Presiden Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) untuk menyampaikan keluhan dan tuntutan.
Pihak yang menjanjikan bukan orang asal-asalan, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Bupati Sidoarjo Saiful Ilah. Sayang, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto yang telah berjanji memediasi membatalkan secara sepihak.
Empat tiket pesawat seharga Rp 4,8 juta hangus. “Saya harap Pakde Karwo mau mengganti tiket itu,” ujar Djuwito, berbincang bersama Republika melalui saluran telepon, Senin (15/9).
Dulunya, sebelum tragedi Lapindo terjadi pada 27 Mei 2006, penghasilannya cukup sebagai tukang ojek dan dibantu istri menjual sate. Sekarang, ia terpaksa harus bekerja serabutan. Kadang menjadi pemandu jika ada orang yang hendak 'wisata' lumpur lapindo.
Djuwito berkisah, dia memiliki dua berkas ganti rugi yang baru dibayar 20 persen. Menurut Djuwito, masih tersisa lebih dari Rp 700 juta uang ganti rugi yang belum dia terima. PT Minarak Lapindo Jaya, anak perusahaan PT Lapindo Brantas yang mengurus ganti rugi, beralasan tidak lagi memiliki dana. Proses pencicilan pun terhenti pada 2012 lalu.
Merespon gejolak warga, Presiden SBY pernah berjanji menganggarkan ganti rugi dengan menggunakan dana talangan dari APBN. Sayang, janji sang Presiden itu tak kunjung ditanda tangan hingga hari ini. Itulah tuntutan yang sejatinya ingin disuarakan para korban seandainya kemarin berjodoh bertemu Presiden.
“Saya mohon kepada Bapak SBY supaya Pak SBY dibuka hatinya. Siapa tahu Pak SBY punya belas kasih terhadap korban Lapindo,” ujar Djuwito lirih.
Djuwito menyampaikan, dia benar-benar berharap masalah lumpur Lapindo bisa tuntas di masa pemerintahan SBY. Dalam urusan ini, Djuwito bersimpati terhadap presiden terpilih Joko Widodo. “Insyaallah Pak SBY bisa menyelesaikan masalah ini. Kalau Pak Jokowi kasihan enggak tahu awalnya,” ujar Djuwito.
Meski begitu, Djuwito berharap kedua presiden tersebut bisa bekerja sama menyelesaikan persoalan lumpur Lapindo. “Mudah-mudahan pak SBY tanda tangan, nanti Pak Jokowi yang menyalurkan (ganti rugi) kepada korban. Pak SBY sama Pak Jokowi harus berkomunikasi dan bekerja sama,”ujar Kakek Djuwito.