Senin 15 Sep 2014 20:27 WIB

2045, Dunia Diprediksi Krisis Pangan

Pekerja melakukan bongakar muat beras Bulog di gudang Bulog, Jakarta, Kamis (17/7). (Prayogi/Republika)
Foto: Prayogi/Republika
Pekerja melakukan bongakar muat beras Bulog di gudang Bulog, Jakarta, Kamis (17/7). (Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Penduduk dunia terancam kekurangan pangan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya areal untuk lahan pertanian. Pendapat itu disampaikan Ketua Barisan Pemuda Adat Nusantara Wilayah Kalimantan Barat, Glorio Sanen.

"Semakin mengecilnya lahan pertanian merupakan permasalahan yang memprihatinkan karena berdampak negatif terhadap efektivitas program pembangunan pertanian," kata Gloria Sanen saat dihubungi di Pontianak, Senin (15/9).

Menurutnya, tanda-tanda dunia mengalami kekurangan pangan terlihat dari ketidakseimbangan jumlah penduduk dengan produksi pangan global dimana asumsi jumlah penduduk dunia bisa mencapai 9 miliar jiwa pada 2045.

Ia melanjutkan, meningkatnya jumlah penduduk secara otomatis menambah kebutuhan lahan untuk permukiman sehingga mengorbankan areal pertanian. Di Indonesia, ada Undang-Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Undang-Undang tersebut menyebutkan, jika terjadi perubahan fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan menjadi bukan lahan pertanian pangan berkelanjutan, baik secara tetap maupun sementara akan dikenakan hukuman pidana dan denda.

"Namun disayangkan penegakan hukum masih menjadi harapan yang belum bisa dilaksanakan," kata Gloria Sanen yang juga aktivis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kalbar itu.

Sementara jika melihat tantangan secara ekonomi ke depan yaitu kapitalisasi pasar sehingga pangan yang sepatutnya menjadi hak setiap manusia dikendalikan oleh pasar.

Tantangan lain dalam ketahanan pangan adalah perubahan iklim yang berdampak pada produksi pangan. "Karena perubahan iklim telah menyebabkan kekeringan, atau sebaliknya meningkatkan curah hujan dan banjir. Sehingga menyebabkan menurunnya produksi pangan, yang pada gilirannya terjadi kelangkaan pangan yang menyebabkan kenaikan harga sehingga tak terjangkau bagi warga miskin," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement