REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah dilantik menjadi Presiden RI ketujuh, Joko Widodo akan langsung dihadapkan pada acara-acara skala internasional. Tak tanggung, dalam waktu dua bulan berturut-turut ia harus menghadapi 14 acara internasional yang kebanyakan dihadiri para kepala negara.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada rapat kabinet terbatas Kamis (12/9) lalu mengingatkan, bahkan merinci kegiatan internasional yang 'harus' didatangi oleh presiden baru.
"Pak Sudi (Mensesneg) sudah menyampaikan ke Pak Jokowi untuk segera memberitahu dimana beliau akan hadir dan mana yang tidak," katanya.
Ia menegaskan kepastian Jokowi untuk hadir atau tidak dalam acara internasional itu sangatlah penting. Hal yang paling remeh temeh namun tak boleh diabaikan adalah persiapan bagi tuan rumah serta tim dari pemerintah untuk menyiapkan akomodasi untuk Indonesia.
"Ini penting bagi kita untuk menjawab ke negara-negara tuan rumah itu atas kehadiran presiden kita, juga untuk penyiapan akomodasi di negara-negara itu. Yang harus dilaksanakan kedubes kita di negara-negara itu. Oleh karena itu, kami berharap presiden terpilih segera beritahu kami, mana yang belum pasti hadir agar kami proses dengan sebaik-baiknya," katanya.
Presiden SBY menegaskan pemerintahannya tetap akan membantu menyiapkan semua kebutuhan presiden mendatang. Misalnya, bahan dan materi untuk acara-acara internasional tersebut.
"Sekali lagi, kami persiapkan. Andaikata harus diperbaiki, kami persilakan," katanya.
Beberapa acara internasional itu antara lain KTT APEC di Beijing, KTT ASEAN di Myanmar, KTT ASEAN-PBB, KTT ASEAN-India, KTT ASEAN-Republik Korea, KTT ASEAN-Jepang, KTT ASEAN-Tiongkok, KTT ASEAN-Amerika Serikat.
Belum lagi East Asia Summit yang akan dihadiri pimpinan 18 negara termasuk Rusia, Amerika Serikat, Tiongkok, India, Korea, Jepang. Jangan lupa juga pertemuan G20 di Australia, G8 di Turki, KTT G15 di Srilanka, dan peringatan hubungan ASEAN-Korea Selatan.