REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk membangun 6 ruas jalan praktis tak tertahankan lagi. Wakil Gubernur (Wagub) Basuki Tjahaja Purnama menargetkan mega poyek ini harus selesai dalam 3 tahun pengerjaan.
Wagub yang kerap disapa Ahok ini mengatakan pembangunan jalan tol ini menjadi solusi bagi kemacetan Jakarta. Diatas jalan tol yang hendak dibangun, akan beroperasi angkutan umum yang diistilahkan bus ulang - alik.
Pembangunan jalan layang dan pengadaan bus ulang alik ini mendapat tanggapan dari berbagai kalangan.
Arsitek dan peneliti Rujak Center Urban Studies, Andesha Hermintomo mengatakan, sikap pihaknya tetap menolak pembangunan 6 ruas jalan tol. Menurutnya bisa berdampak kerugian bagi sistem transportasi massal.
Andesha menuturkan berbagai pihak sudah menyampaikan pandangan. Dengan adanya pembangunan mega proyek diatas, dapat mendorong peningkatan pengguna kendaraan pribadi yang dapat merugikan sistem transportasi umum.
Andesha kembali bertutur, kabar akan beroperasinya bus di enam ruas jalan tol menjadi kesimpangsiuran informasi kepada publik.
Maksud dari pernyataannya ini adalah sebelumnya Gubernur Joko Widodo (Jokowi) pernah menggelar Public Hearing (mendengarkan pendapat masyarakat) di balaikota terkait rencana pembangunan enam ruas jalan tol. Hasilnya Jokowi berkomitmen untuk menolak pembangunan mega proyek tersebut.
“Lalu memang agak terkejut ketika tiba-tiba muncul kabar bahwa ada penandatanganan nota kesepahaman untuk pembangunan ini, oleh pa Basuki Tjahaja Purnama beberapa waktu yg lalu, dengan argumen akan ada jalur busway diatasnya,”jelasnya.