Jumat 12 Sep 2014 18:50 WIB

Paku-pakuan Tertua di Indonesia Dipamerkan

Salah satu tumbuhan paku atau paku-pakuan.
Foto: Wikipedia
Salah satu tumbuhan paku atau paku-pakuan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Koleksi herbarium (tanaman yang dikeringkan) tertua di Indonesia yakni jenis paku-pakuan (Asplenium caudatum) dipamerkan untuk umum pada Open House Bidang Botani Pusat Penelitian LIPI, di Cibinong Science Center (CSC), Bogor, Jawa Barat, dari tanggal 12-16 September 2014.

"Koleksi herbarium tertua yang kami miliki adalah dari tahun 1820 Asplenium caudatum, ini kelompok pakuan-pakuan atau pakis," kata Staf Taksonomi Tumbuh Pusat Penelitian Biologi LIPI, Florentina Indah W, di Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/9).

Ia mengatakan, pada acara tersebut juga dipamerkan sejumlah fosil tumbuhan seperti Flora fossilis lavae, Gunung Merapi, tahun 1899 dan Flora fossilis javae.

"Kadang orang tidak tahu bahwa di bebatuan-bebatuan itu ada fosil tumbuhannya. Seperti Flora fossilis lavae, Gunung Merapi, itu ditemukan bebatuan yang ada di Gunung Merapi pada tahun 1899," katanya. Herbarium bunga bangkai dan raflesia basah juga di pamerakan pada acara tersebut.

Saat ini, kata Florentina, Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi LIPI, di Cibinong, Bogor, hingga saat ini memiliki koleksi herbarium kering sekitar satu juta jenis tumbuhan.

"Koleksi herbarium yang kita miliki itu ada dua jenis. Ada herbarium kering dan basah. Khusus untuk yang herbarium kering, koleksinya mencapai satu juta jenis tumbuhan," katanya.

Ia menjelaskan, fungsi dari herbarium secara umum adalah sebagai pusat referensi utama untuk identifikasi tumbuhan, sebagai lembaga dokumentasi karena merupakan koleksi yang mempunyai nilai-nilai sejarah serta sebagai pusat penyimpanan data.

"Selain untuk acuan dari nama tanaman, acuan identifikasi, fungsinya (herbarium) juga itu bisa untuk aset negara," katanya.

Menurut dia, herbarium juga bisa untuk diversifikasi pangan karena contoh dari tumbuhan tersebut tidak hanya dijadikan fosil tapi bisa diteliti lebih jauh. "Seperti ada tumbuhan jenis a, ternyata cocok untuk dikembangkan di daerah yang kering," katanya.

Dirinya menambahkan, setiap tahunnya peneliti di Herbarium Bogoriense memiliki kewajiban untuk mengumpulkan spesies-spesies baru tumbuhan. "Maka dari itu kami diberi tugas untuk mengeksplorasi daerah-daerah untuk menyelidiki tumbuhannya. Seperti tahun ini, setiap anggota kami telah mengumpulkan 50 jenis sampel dari hasil eksplorasinya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement