REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Naiknya harga elpiji 12 kilogram yang diberlakukan sejak Rabu (10/9) membuat sejumlah warga Kota Bogor terpaksa beralih ke gas elpiji 3 Kg. Warga pun menilai keputusan menaikan harga elpiji 12 Kg saat ini tidak tepat.
Suryasudirman (45), pemilik warung makan di Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, mengaku sudah dari Kamis (11/9) kemarin, beralih ke gas elpiji 3 Kg. Ia mengatakan hal itu dilakukan untuk menjaga pendapatan usahaya agar tetap stabil.
"Soalnya gas elpiji 12 Kg terlampau mahal," ujarnya kepada Republika, Jumat (12/9).
Naiknya harga elpiji, membuat ia memikirkan untuk menaikan harga di warung makan miliknya agar tidak terus mengalami kerugian. Suryasudirman juga merasa keputusan menaikan harga gas elpiji tidak tepat, sebab sebelumnya tarif dasar listrik sudah mengalami kenaikan.
"Katanya juga BBM mau naik," ucapnya.
Sementara Feri (32), penjual gas elpiji di Kelurahan Mekar Wangi, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, mengaku permintaan gas epliji 3 Kg terus meningkat sejak pemerintah menaikan harga gas elpiji 12 Kg.
Ia mengatakan jika sebelumnya penjualan gas elpiji 3 Kg dalam sehari hanya 15 tabung, kali ini dirinya dapat menjual 25 hingga 30 tabung per hari. sedangkan untuk gas elpiji 12 Kg, saat ini penjualannya mengalami penurunan yang cukup drastis dimana dia hanya mampu menjual lima tabung per harinya.
"Biasanya gas elpiji 12 Kg bisa laku 10 tabung per harinya," katanya.
Feri menyatakan harga gas elpiji 12 Kg yang ia jual berada pada angka Rp 120 ribu, sedangkan untuk gas elji 3 Kg saat ini Rp 16.500 per tabungnya.
Saat disinggung melonjaknya permintaan gas elpiji 3 kg akan berdampak pada kelangkaan, dirinya mengaku tidak khawatit mengingat stok dari pangkalan masih cukup banyak. Meski begitu, dirinya menyayangkan naiknya harga yang membuat penjualan gas elpiji 12 Kg terus mengalami penurunan.