REPUBLIKA.CO.ID, Pengusaha rumah makan dan katering di Kabupaten Wonogiri, Jateng, tak kurang akal mensiasati kenaikkan harga elpiji 12 Kg. Mereka mulai ancang-ancang kembali menggunakan kayu bakar, sebagai bahan bakar mengilah masakan.
Kenaikkan harga gas elpiji ukuran 12 Kg -- dari semula Rp 96 ribu menjadi Rp 116 ribu -- terasa sangat memberatkan kalangan pengusaha rumah makan. Salah satu upaya yang dianggap paling tepat, menurut mereka, beralih menggunakan bahan bakar dari elpiji ke kayu bakar, seperti dulu lagi.
Soalnya, bahan kayu bakar di sini cukup tersedia.
''Kenaikkan harga elpiji 12 Kg jelas memukul kami,'' tutur Erna Dwi Astuti (46), pengusaha katering dan rumah makan di Kabupaten Wonogiri, Jum'at (12/9).
Kendati harga gas berkali-kali naik, namun untuk yang kali ini cukup mengagetkan. Ini jelas menambah biaya produksi kian membengkak.
Menurut Erna, jika menggunakan harga lama Rp 96 ribu, ia masih bisa menjangkau untuk proses produksi memasak.
Tapi, dengan harga sekarang yang mencapai Rp 116 ribu, jelas sangat memberatkan. ''Biaya produksi usaha katering saya dipastikan bertambah,'' katanya.
Menyikapi kondisi itu, Erna mengutarakan, berencana memaksimalkan penggunaan tungku kayu bakar. Selama ini, ia menghabiskan tiga tabung elpiji 12 Kg, dan sepuluh ikat kayu bakar setiap hari.
Setelah dihitung-hitung, dia memilih menggunakan satu tabung elpiji, dan akan menambah tungku kayu bakar.
Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini