Senin 08 Sep 2014 19:23 WIB

Petani Indramayu Minta Waduk Jatigede Segera Terealisasi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Julkifli Marbun
Petani/ilustrasi (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Petani/ilustrasi (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Para petani di Kabupaten Indramayu berharap waduk Jatigede segera terealisasi. Pasalnya, waduk tersebut menjadi solusi untuk mengatasi masalah kekeringan yang menjadi langganan saat musim kemarau.

 

"Kalau ada Waduk Jatigede, kekurangan air tidak akan terjadi saat musim kemarau," kata seorang petani di Desa/Kecamatan Kandanghaur, Ratno, Senin (8/9).

 

Ratno mengatakan, selama ini areal sawahnya selalu kekeringan di musim kemarau. Pasalnya, sawahnya hanya menggantungkan pengairan dari sistem tadah hujan. Karenanya, jika curah hujan minim di awal musim kemarau, maka gagal panen menjadi risiko yang harus ditanggungnya.

 

Hal senada diungkapkan Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang. Dia menyatakan, selama ini, ribuan hektare tanaman padi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Indramayu selalu terancam mengalami kekeringan setiap musim kemarau.

 

Menurut Sutatang, air irigasi yang bersumber dari bendung Rentang, Kabupaten Majalengka dan waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, tidak bisa menjangkau seluruh kecamatan di Kabupaten Indramayu. Akibatnya, banyak areal pertanian yang hanya bisa ditanami sekali hingga dua kali dalam setahun.

 

Sutatang menyatakan, dengan adanya waduk Jatigede, maka pasokan air bisa selalu terjaga, terutama saat musim kemarau. Karenanya, para petani bisa menanam padi hingga tiga kali dalam setahun. Dampaknya, produksi padi secara otomatis akan meningkat pula.

 

"Kesejahteraan petani juga akan meningkat," tegas Sutatang.

 

Sementara itu, kekurangan pasokan air yang saat ini terjadi telah memaksa sejumlah petani di empat kecamatan harus melakukan panen dini. Pasalnya, mereka tidak bisa lagi mendapat pasokan air dari saluran irigasi yang sudah mengering. Adapun empat kecamatan itu, yakni Kecamatan Balongan, Juntinyuat, Krangkeng dan Karangampel.

 

"Kalau tidak panen dini, ya nanti malah tidak bsia dipanen sama sekali karena tanamannya keburu mati kekeringan," tutur seorang ujar seorang petani asal Kecamatan Juntinyuat, Rasnadi.

 

Menurut Rasnadi, dalam kondisi normal, tanaman padi baru dipanen setelah berumur 100 hari. Namun saat ini, umur tanaman padinya baru 85 hari.

 

Rasnadi mengaku, hasil yang diperoleh dari panen dini sangat merugikan. Dalam kondisi normal, tanaman padi yang dipanen bisa mencapai enam sampai tujuh ton per hektare. Namun saat ini, panen yang diperolehnya hanya sekitar dua ton per hektare.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement