REPUBLIKA.CO.ID, BALAI KOTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan, angkutan umum dapat melewati enam ruas jalan tol dalam kota yang akan dibangun awal 2015. Enam ruas jalan tol tersebut dibangun untuk kepetingan umum.
Sebelumnya, banyak petisi dari masyarakat yang menolak pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota tersebut. Alasannya, pertambahan jalan dengan enam ruas jalan tol dianggap malah semakin menambah jumlah kendaraan yang lewat.
Sehingga, masalah utama ibu kota yaitu macet dan polusi udara akan semakin tak terselesaikan dengan pembangunan enam ruas jalan tol.
"Ya gapapa terserah aja mereka tolak, saya sudah punya konsep jelas kok pembangunan ini. Nanti Transjakarta kan lewat, bus ulang alik juga, haltenya disediakan di sana," ujar Basuki dalam pernyataan di Balai Kota, Senin (8/9).
Ia menjelaskan, pembangunan enam ruas jalan tol itu dapat membuat jumlah kendaraan di Jakarta merata. Dengan penambahan jalan, kendaraan roda empat memiliki alternatif jalan untuk dilalui. Sehingga tidak menyebabkan penumpukan di ruas jalan yang sudah ada.
"Tambah jalan ya membuat lebih lega. Sekarang mobil sudah banyak, Anda mau jalan enggak dibangun dua tingkat? Kalau dibilang nambah ya itu logika konyol," ujar Basuki menjelaskan.
Proyek pembangunan enam ruas jalan tol akan dibagi dalam empat tahap. Pertama, ruas Semanan-Sunter sepanjang 20,23 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun dan koridor Sunter-Pulogebang sepanjang 9,44 kilometer senilai Rp 7,37 triliun.
Tahap kedua, Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 12,65 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun, dan Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,60 kilometer senilai Rp 6,95 triliun.
Tahap ketiga, koridor Ulujami-Tanah Abang dengan panjang 8,70 kilometer dan nilai investasi Rp 4,25 triliun.
Tahap terakhir, Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,15 kilometer dengan investasi Rp 5,71 triliun. Total enam ruas jalan tol dalam kota adalah sepanjang 69,77 kilometer.