Ahad 07 Sep 2014 17:59 WIB

Warga Kabupaten Semarang Gelar Doa Minta Hujan

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Warga bersama pelajar melaksanakan shalat dan doa minta hujan (Istisqo)
Foto: Antara
Warga bersama pelajar melaksanakan shalat dan doa minta hujan (Istisqo)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Menyusul dampak musim kemarau yang melanda wilayahnya, warga Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang menggelar doa meminta hujan. Prosesi ini dilaksanakan ribuan warga desa,bersamaan dengan puncak acara merti desa, yang dipusatkan di Dusun Ngasinan, lingkungan desa setempat, Ahad (7/9).

 

Warga menggelar prosesi doa ini di sela- sela kirab empat buah Ancak atau gunungan besar yang disusun dari berbagai hasil bumi, seperti padi, jagung dan singkong. Menurut Kepala Desa Timpik, Suhada (39), ritual arak-arakan Julen tersebut itu selain bentuk syukur atas limpahan hasil bumi juga mengharap berkah berupa hujan.

 

Meski wilayahnya tidak berada pada daerah rawan kekeringan, dampak kemarau kali ini mulai membuat instalasi irigasi di wilayahnya mulai kehilangan debit air. “Kami juga berdoa agar turun hujan untuk membantu mengairi sawah- sawah dan perladangan warga desa,” ungkapnya.

 

Selain air untuk irigasi pertanian, tambahnya, sebagian warga desa juga sangat mengharapkan air bersih. Karena beberapa wilayah dusun mulai kekurangan air untuk keperluan sehari- hari. “Semua itu ihtiar kami, agar seluruh warga desa senantiasa diberikan kemudahan dalam banyak hal. Termasuk kebutuhan air untuk pertanian dan kebutuhan sehari- hari,” tambahnya.

 

Ribuan warga desa tmplek di usun Ngasisn untuk mengikuti prosesi kirab ancak.  Arak- arakan ancak yang berisi aneka hasil bumi ini juga diiringi tari-tarian tradisional. Prosesi ini juga mengawali tradisi pagelaran wayang kulit dengan lakon Mboyong Dewi Sri. “Judul ini juga menyiratkan harapan akan kemakmuran,” tambahnya.

 

Dalam arak- arakan ini warga juga ikut mengiring ancak sambil membawa sate gecok babat lengkap dengan nasi, buah dan lauk lainnya. Selanjutnya julen dan makanan yang dibawa warga dikumpulkan untuk diberi doa di depan rumah perangkat desa. Setelah dilakukan ritual doa, masyarakat saling tukar makanan dan berebut isi ancak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement