Jumat 05 Sep 2014 02:44 WIB

Orang Tua Murid JIS Yakin Keadilan Akan Datang Menyelamatkan Daniel dan Ferdinant

Rep: C62/ Red: Julkifli Marbun
Suasana ruang Tempat kejadian perkara kasus pelecehan kekerasan seksual terhadap murid TK Jakarta International School (JIS) yang dilakukan oleh petugas kebersihan sekolah tersebut, Jakarta Selatan, Jumat (13/6)
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Suasana ruang Tempat kejadian perkara kasus pelecehan kekerasan seksual terhadap murid TK Jakarta International School (JIS) yang dilakukan oleh petugas kebersihan sekolah tersebut, Jakarta Selatan, Jumat (13/6)

REPUBLIKA.CO.ID,‎ JAKARTA -- Petisi orang tua murid Jakarta International School (JIS) meyakini keadilan masih bisa ditemukan. Meski dua orang guru JIS Ferdinant Jonk dan Daniel sudah ditetapkan jadi tersangka oleh penyidik Polda Metro Jaya terkait dugaan pelecehan seksual.

Disampaikan orang tua ‎murid JIS, Jois, mengatakan kebenaran pasti akan ditemukan, karena banyak fakta dan data yang tidak mendukung perbuatan yang disangkakan penyidik Polda Metro kepada dua guru JIS Daniel an Ferdinant.

"Kita ada di sini untuk menyampaikan kebenaran. Jika tidak ada pelecehan seksual di sekolah JIS," kata Jois saat diskusi di Restoran Merah Delima Jakarta Selatan, Kamis (4/9).

Sambil menunjukan beberapa foto ruang tempat terjadinya pelecehan seksual. Jois yakin betul tidak mungkin Daniel dan Ferdinant melakukan pelecehan seksual di ruangan yang disebut orang tua murid sebagai tempat kejadian tindak pidana pelecehan seksual. "Di ruangan ini banyak orang lewat, jadi tidak mungkin ada pelecehan seksual," ceritanya.

Jois menuturkan dalam proses pemeriksaan, terhadap dua guru JIS, banyak kejanggalan, di antaranya yang dimaksud Jois seperti keterangan polisi berdasarkan pengakuan korban pelecehan seksual jika pelakunya memiliki mata biru, berambut bondol dan bertato. Sementara ciri-ciri itu tidak ada pada sosok Ferdinant dan Daniel, Daniel botak sementara Ferdinan panjang lurus.

Ditempat yang sama orang tua murid JIS, Maya mengatakan, dengan banyaknya kejanggalan dari proses awal penyelidikan, kasus ini diindikasikan motifnya untuk menguntungkan diri sendiri dengan cara mengkriminalisasi orang lain." Menurut saya ini motifnya uang, itu terlihat dari gugatan‎ yang pertama di ajuka dia teresia (orang tua korban) minta 12 juta dollar, kemudian bulan Mei jadi 125 juta dollar. Tuduhannya bahwa guru-guru JIS terlibat," kata Maya.

Maya menilai Ferdinant dan Danile adalah sosok guru yang bersahabat baik kepada murid maupun orang tua murid. Jadi Maya meyakini dua guru JIS yang saat ini sudah ditahan tidak bersalah. Maya menambahkan tidak mungkin ada pelecehan seksual. Sementara orang tua murid yang anaknya sekolah di JIS bisa mengawasi secara transparan setiap aktivitas belajar dan mengajar di sekolah JIS.

"Termasuk orang tuang korban mereka itu sering datang ke sekolah. Jadi heran kalau anaknya jadi korban, sementara dia selalu mengawasi anaknya," ceritanya Maya meyakinkan semua pengunjung yang hadir.

Sementara isteri tersangka Ferdinant Sisca bercerita, akibat suaminya menjadi tersangka pelecehan seksual kehidupan keluarganya menjadi tidak karuan. Karena banyak tema-teman sekitarnya mecemoohkannya. "Saya sampai melarang anak saya menonton berita. Ini demi kebaikan kondisi anak saya," ceritanya.

Selain itu, ‎kata Sisca selama kasus ini bergulir banyak orang yang tidak dikenal menerornya. Sampai pihak kepala sekolah menyuruhnya untuk pindah rumah.

Dia menjelaskan semenjak polisi menahan suaminya, tekanan yang sangat luar biasa dirasakan oleh keluarganya. Ditambah lagi pemberitaan di media membuat anak-anaknya takut untuk keluar rumah.

"Sementara apa yang dituduhkan kepada suami saya belum terbukti," tanya Sisca sambil menahan tangis.‎

Sisca menambahkan, suaminya telah bekerja di JIS selama lebih dari 17 tahun. Awal karir Ferdinant dimulai sebagai pendamping anak-anak yang diantar jemput dengan bis sekolah (bus chaperon) sampai kemudian menjadi asisten guru kelas 1 SD.

Sisca sendiri juga lebih dari 10 tahun pernah bekerja di sekolah internasional itu. Selama belasan tahun mengajar di JIS tidak sekalipun terjadi hal yang menyimpang, apalagi keluar dari koridor etika dan hukum yang berlaku.

Sisca melanjutkan, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di JIS sangat memperhatikan etika, penuh disiplin dan memiliki mekanisme kontrol yang sangat ketat. Sebagai orang yang pernah bekerja di JIS dan istri Ferdinant, Sisca sungguh kaget dan tidak percaya dengan kejadian di JIS.

Sementara Kuasa Hukum orang tua murid JIS, Harry Pontoh mengatakan banyak kejanggalan dan fakta hukum yang dilanggar pihak kepolisian. Misalnya kata dia, polisi tidak pernah memeriksa staf administrasi di JIS dan polisi juga tidak pernah memeriksa tempat kejadian perkara pelecehan seksual yang dikatakan korban dilakukan di dalam toilet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement