REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Ketua Kelompok Tani Pamanggahan Desa Aweh Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak, Omik, mengaku saat ini petani bingung setelah tanaman padi gagal panen akibat serangan hama tersebut.
Mereka petani dipastikan tidak bisa kembali tanam pada Oktober nanti karena kehabisan modal produksi.
Biaya produksi, kata dia, diperkirakan sekitar Rp6 juta per hektare, termasuk membeli benih, pupuk dan ipah tenaga.
"Kami berharap pemerintah daerah dapat menyalurkan bantuan benih padi dan pupuk bagi petani yang gagal panen itu," katanaya, Rabu (3/9)
Sementara itu, sejumlah petani Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak mengaku mereka petani kesulitan untuk memberantas serangan hama ganjur tersebut.
Tanaman padi di daerahnya mengalami gagal panen karena tanaman padi yang sudah berbuah tiba-tiba mati.
"Kami heran dalam waktu sehari puluhan hektare tanaman padi itu mati akibat serangan hama ganjur," katanya.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Banten, Oong Syahroni mengatakan, serangan hama dan penyakit organisme pengganggu tanaman (OPT) menjadikan ancaman gagal panen dan petani ketakutan jika cuaca lembab akibat curah hujan tinggi.
Pada umumnya, ujar dia, cuaca lembab itu cocok untuk berkembangiaknya populasi WBC, ganjur dan tikus.
Bahkan beberapa daerah di Banten mulai terserang hama dan penyakit tanaman pangan itu.
Oong mengatakan, kegagalan panen itu juga dipengaruhi oleh minimnya tenaga PPL.
Karena itu, pihaknya berharap tenaga penyuluh ditambah untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDN) petani.
"Saya yakin dengan penambahan penyuluh itu dapat meningkatkan SDM petani dan bisa mengantisipasi serangan hama. Saat ini satu petugas PPL menangani dua sampai tiga desa," ujarnya.