Senin 01 Sep 2014 17:57 WIB

PDIP: Kenaikan BBM Jadi Opsi Terakhir

Rep: c87/ Red: Joko Sadewo
Politisi PDIP Maruarar Sirait didampingi Direktur Eksekutif LSI Kuskrido Ambardi saat rilis survei nasional bertema Ketimpangan Pendapatan di Indonesia, Harapan Publik terhadap Pemerintahanan Jokowi-JK di Jakarta, Senin (1/9).(Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Politisi PDIP Maruarar Sirait didampingi Direktur Eksekutif LSI Kuskrido Ambardi saat rilis survei nasional bertema Ketimpangan Pendapatan di Indonesia, Harapan Publik terhadap Pemerintahanan Jokowi-JK di Jakarta, Senin (1/9).(Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi opsi terakhir yang akan dilakukan pemerintahan Jokowi-JK. 

Menurut politikus yang biasa disapa Ara ini, pemerintah harus mengupayakan opsi lain sebelum menaikkan harga BBM. Seperti pemberantasan mafia minyak, penghematan anggaran dan sebagainya. "Kalau itu sudah dilakukan, masih defisit juga, masih kurang juga, menurut saya itu (kenaikan harga BBM) adalah opsi terakhir yang bisa kita lakukan. Rakyat juga akan mengerti," jelas Ara, Senin (1/9).

Kenaikan harga BBM, berpengaruh menurunnya daya beli masyarakat dan meningkatkan kesenjangan. Diperlukan tambahan penghasilan Rp 65 ribu perbulan untuk kenaikan harga BBM Rp 500 per liter.

Menurutnya, agar tidak menaikkan harga BBM pemerintah butuh 1,35 juta kiloliter atau sama dengan Rp 8 triliun dengan cadangan penghematan. "Cukup kok tidak ada masalah. Saya rasa tidak perlu dinaikan sampai Desember 2014. karena hitung-hitungannya jelas," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement