Ahad 31 Aug 2014 18:53 WIB

Kekurangan Air, Petani di Empat Kecamatan Panen Dini

Rep: Lilis Handayani/ Red: Djibril Muhammad
Warga yang sedang krisis air, ilustrasi
Foto: Blogspot
Warga yang sedang krisis air, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Kekurangan air yang terjadi pada areal sawah di musim kemarau saat ini telah membuat tanaman padi terancam mengalami puso (gagal panen). Untuk menghindarinya, sebagian petani akhirnya memilih panen dini.

 

Berdasarkan pantauan Republika, kondisi tersebut seperti yang dilakukan petani di empat kecamatan di Kabupaten Indramayu. Yakni Kecamatan Balongan, Juntinyuat, Karangampel dan Krangkeng. Sejumlah petani di empat kecamatan itu terpaksa memanen tanaman padinya meski belum saatnya panen.

 

Akibatnya, bulir tanaman padi masih banyak yang kosong. Selain itu, tak sedikit pula tanaman padi yang masih berwarna hijau. Para petani pun terpaksa harus memilah tanaman padi yang benar-benar bisa dipanen.

 

"Kalau menunggu sampai waktu panen, tanaman padi saya ini bisa mati kekeringan," ujar seorang petani asal Kecamatan Juntinyuat, Rasnadi, Ahad (31/8).

 

Menurut Rasnadi, dalam kondisi normal, tanaman padi baru dipanen setelah berumur 100 hari. Namun saat ini, umur tanaman padinya baru 85 hari.

 

Rasnadi menjelaskan, hal itu terpaksa dilakukan karena tidak ada lagi harapan bisa mendapat air. Dia mengatakan, saluran irigasi dari bendung Rentang yang mengalir melalui sungai di daerahnya kini telah mengering.

 

"Disedot pakai mesin pompa air juga percuma, airnya sudah kering," tutur Rasnadi.

 

Rasnadi mengaku, hasil yang diperoleh dari panen dini sangat merugikan. Dalam kondisi normal, tanaman padi yang dipanen bisa mencapai enam sampai tujuh ton per hektare. Namun saat ini, panen yang diperolehnya hanya sekitar dua ton per hektare.

 

Hal senada diungkapkan seorang petani asal Kecamatan Karangampel, Naryono. Selain hasil yang sangat sedikit, kualitas gabah pun sangat jelek. Jika digiling, maka gabah nantinya akan menghasilkan beras yang pecah (menir). "Kalau dijual, harganya lebih rendah dari harga pasaran," tutur Naryono. Karena itu, gabah tersebut hanya untuk persediaan konsumsi sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement