REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian menemukan, saat ini sebanyak 113 ekor hiu paus (Rhincodon typus) telah teridentifikasi di teluk Cendrawasih, kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC), Papua.
"Pada penelitian 2013 lalu, 113 ekor hiu paus telah teridentifikasi. 80 persen di antaranya berjenis kelamin jantan," ujar Marine Species Officer, WWF (World Wildlife Fund)- Indonesia, Casandra Tania, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Casandra yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan, ukuran rata-rata hiu paus ini sekitar 4 meter. Hal ini, menurut dia, menandakan individu (paus) yang ditemukan masih belum dewasa. Hiu paus dewasa diduga berukuran 8-9 meter untuk jantan dan sekitar 9 meter untuk betina.
"40 persen di antaranya terdapat tanda luka, ada kemungkinan karena menabrak bagan, terkena mata kail nelayan,...," katanya.
Untuk sampai pada kesimpulan ini, Casandra bekerjasama dengan pihak dari Balai Besar TNTC, Hubbs-SeaWorld Research Indtitute (HSWRI), Insitut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Negeri Papua (UNIPA) sejak 2011 hingga 2013 lalu melakukan pemantauan hiu paus di tiga wilayah di TNTC, yakni Kwatisore, Napan Yaur dan Wasior.
Selama pemantauan, tim menggunakan lima metode, yakni pengamatan langsung oleh nelayan bagan, pengamatan langsung oleh Tenaga Pemantau Hiu Paus (TPHP), identifikasi foto, penandaan radio (Radio Frequenquency Identification (RFID) dan studi genetika menggunakan pendekatan DNA mitokondria dan mikrosatelit (Pop-up Archival Satellite Tag (PSAT).
Casandra mengatakan, dari ketiga wilayah pemantauan, hiu paus paling sering terlihat di Kwatisore. Hiu-hiu paus ini, kata dia, terutama muncul di sekitar bagan karena tertarik dengan hasil tangkapan bagan yang merupakan bahan makanannya, yakni ikan teri (Stolephorus spp.).
Namun, hubungan antara hiu pau dengan keberadaan dan hasil tangkapan bagan ini masih perlu terus dipelajari.
Menanggapi hal ini, Kepala Balai Besar TNTC, Ben G. Saroy mengatakan, Kwatisore merupakan salah satu habitat penting hiu paus yang harus menjadi prioritas konservasi di Indonesia dan dunia.
"Selain itu, Kwatisore memiliki nilai lebih sebagai lokasi untuk berinteraksi dengan hiu paus. Selain karena hiu paus dapat ditemui sepanjang tahun di lokasi ini, waktu interaksi dapat mencapai satu jam,...," kata Ben.