REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Peran media untuk mencerahkan masyarakat kerap berbenturan dengan kepentingan industri media.
"Kondisi ini kerap terjadi di era kekinian dalam perkembangan pers, termasuk Indonesia," kata Wakil Pemred Tribun Timur, Tamzil Thahir disela-sela Focus Group Discussion Otoritas Jasa Keuangan dan wartawan di Wakatobi, Sultra, Selasa (26/8).
Menurut dia, peran media yang melakukan pencerahan bagi masyarakat dalam menjalankan fungsi utamanya yakni memberikan informasi maupun kontrol sosial, tidak dapat memungkiri harus berbenturan dengan kepentingan perusahaan.
Di sisi lain, media sendiri juga harus tetap dapat hidup atau membiayai dirinya, agar dapat tetap beroperasi dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Belum lagi pelaku media bekerja dengan real-time, deadline ketat dan kerja industri media berorientasi hasil. Dan hasil itu harus tersaji untuk audiens yang spesifik setiap hari, jam, bahkan sekarang dengan kemajuan teknologi internet, SMS," katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, ujar dia, diakui bisa saja terjadi kekeliruan belum lagi industri dan kompetensi media saat ini makin ketat. Implikasi dari kondisi itun, lanjut dia,kapitalisme memeras keterampilan, pengetahuan, jurnalis, menyita hidup jurnalis, dan terkadang mengabaikan sisi humanis jurnalisnya.
"Maklum jika kami yang berada di pers memang melakukan sejumlah kesalahan dan itu bisa jadi mengerikan dan fatal, karena itu kami sangat ditutut melakukan kehati-hatian," kata Tamzil.