Senin 25 Aug 2014 16:52 WIB

Nazaruddin Bantah 'Berdiri di Dua Kaki'

Mantan bendahara umum (Bendum) Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Mantan bendahara umum (Bendum) Partai Demokrat (PD), Muhammad Nazaruddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan bendahara umum DPP Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin membantah bahwa ia 'berdiri di dua kaki' alias menjadi calon lain selain Anas Urbaningrum untuk menjadi ketua umum dalam kongres Partai Demokrat di Bandung 2010.

"Saya enggak pernah kasih duit ke Marzuki Alie, yang mulia. Uang yang saya kasih satu juta dolar AS itu tanggal berapa dimintakan biar jelas?," kata Nazaruddin saat menjadi saksi dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (25/8).

Nazaruddin menjadi saksi untuk terdakwa mantan ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam sidang perkara penerimaan hadiah dari sejumlah proyek pemerintah dan tindak pidana pencucian uang.

Sebelumnya, mantan staf khusus Anas di DPR Nuril Anwar mengaku bahwa Nazaruddin memerintahkan untuk mengeluarkan dana dari kas Grup Permai sebesar 500 ribu dolar AS kepada Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng untuk biaya Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010, sedangkan Wakil Direktur Keuangan Permai Group, Yulianis menjelaskan bahwa ia mengeluarkan satu juta dolar AS untuk Marzuki Alie pada Januari 2011.

"Kalau yang Januari 2011, uang itu diantar ke saudara terdakwa (Anas). saya siap dikonfrontir di sini, yang mulia," tambah Nazar.

Ia mengaku bahwa Permai Grup pernah mengeluarkan uang satu juta dolar AS beberapa kali setelah kongres.

"Yang habis kongres, waktu itu mau diantar ke rumah enggak jadi. Kalau Mas Anas ini banyak menerima duit, dari kantongnya Mahfud, dari Permai, dari Fahmi, diantar ke rumahnya, diantar ke Karawang. Sesuai perintah saja, yang mulia. Khusus dari Permai seingat saya ada dua atau tiga kali," tambah Nazar.

Pengantaran pertama yaitu sekitar Oktober 2010, Januari 2011, selanjutnya juga ada sekitar Rp 50 miliar.

"(Uang Rp 50 miliar) itu yang antar Aan, sopirnya. Saya ada di situ, yang terima ada Mas Anas, ada Mbak Athiyah. Kalau terima, mas Anas ini sering sekali. Saya enggak berani menanyakan untuk apa," ungkap Nazar.

 

 

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement