Senin 10 Feb 2020 02:47 WIB

Kemiskinan Jadi Faktor Penyebab Stunting

Stunting merupakan masalah yang harus dituntaskan dari akarnya.

Rep: Miki Kartika/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil
Foto: BBC
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Ditjen P2P Kemenkes), Achmad Yurianto mengatakan, stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak disebabkan berbagai macam faktor. Salah satunya kemiskinan yang membuat sang ibu tidak dalam kondisi yang optimal saat kehamilan.

"Sekarang ibunya tidak optimal untuk hamil penyebabnya apa? Bisa segala macam, faktor gizi buruk, faktor kemiskinan, faktor sebagainya dan faktor dulu ibunya juga stunting," ujar Achmad saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (9/2).

Baca Juga

Menurut dia, kata dia, untuk menyelesaikan masalah stunting harus melibatkan lintas sektor. Kemiskinan dan pendidikan yang rendah tak bisa diobati secara aktual ketika kasus stunting terjadi, melainkan dibenahi sejak awal.

Achmad mengatakan, penanganan stunting tak bisa dimulai dari sisi kesehatan saja seperti di Gencarkan nya Pos Pelayanan Keluarga Berencana (Posyandu). Ketika ibu hamil dinyatakan kekurangan makanan berkalori dan protein tinggi, tetapi tak mampu memenuhinya, sehingga berujung pada gizi buruk.

Selain itu, ketika kondisi tersebut ditambah dengan tempat tinggal yang kumuh atau gaya hidupnya kurang hanya dapat memunculkan penyakit lainnya seperti cacingan kronis dan tuberculosis (TBC).

Menurutnya, menurut dia, stunting bukan penyakit yang diberi obat langsung sembuh, melainkan masalah yang harus dituntaskan dari akarnya. Faktor-faktor itu seharusnya dibenahi sedari awal sebelum kehamilan.

"Artinya kalau kemudian ini berbicara tentang motivator ya banyak faktor sehinggat tidak mungkin obatnya kalau orang panu dioles langsung sembuh. Faktor sosial ekonomi, faktor budaya, faktor macam-macam, stunting itu akibat," kata Achmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement