Kamis 06 Jun 2019 00:06 WIB

Basarah: Idul Fitri jadi Momentum Silaturahim dan Persatuan

Dengan silaturahmi dan halalbihalal, berbagai masalah pelik bisa dituntaskan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Ahmad Basarah.
Foto: MPR
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Ahmad Basarah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengajak semua masyarakat untuk menjadikan momentum Hari Raya Idul Fitri untuk saling bersilaturahmi dan saling memaafkan. Menurutnya jika persaudaraan sudah terwujud maka persatuan akan lahir di tengah masyarakat. 

"Inilah momentum bagi kita semua untuk kembali menyambung tali persaudaraan yang sempat terkoyak karena berbagai faktor. Tidak ada alasan untuk tidak saling memaafkan. Saatnya kita kembali merajut persaudaraan dan persatuan nasional," kata Ahmad Basarah dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (4/6).

Baca Juga

Basarah juga menyinggung perihal konsep Islam Rahmatan Lil Alamin. Baginya, Islam Rahmatan Lil Alamin jangan hanya sebatas jargon atau dikhotbahkan di mimbar-mimbar saja, melainkan harus diterapkan dalam bentuk dan wujud nyata. 

"Wujud nyatanya adalah sitaturahmi dan memperkuat trilogi ukhuwah, ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah wathaniyyah dan ukhuwah basyariyah. Enyahkan semua sikap egoisme. Tanggalkan semua rasa iri dan dengki apalagi permusuhan. Mari menggenggam tangan bersama-sama merajut tali persaudaraan dan persatuan nasional," ucap salah satu pendiri Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), yang merupakan sayap Islam PDI Perjuangan.

Basarah juga menyinggung penggalan sejarah perjalanan bangsa Indonesia di masa silam. Yakni, ia menambahkan, momentum Idul Fitri yang berbarengan dengan Halal Bihalal bisa meredam konflik dan kembali merekatkan persatuan nasional. 

Menurutnya dapat dilihat ketika Presiden Soekarno mengundang Kiai Wahab Chasbullah untuk dimintai pendapat perihal situasi nasional yang tengah bergejolak. Kiai Wahab kemudian mengusulkan kegiatan halalbihalal dan usulan tersebut disetujui Bung Karno.

Walhasil, segenap elite-elite politik yang tengah bertikai kala itu diundang ke istana unduk duduk bersama. Mereka juga saling memaafkan satu sama lain dalam acara Halal Bi Halal di Istana Negara tahun 1948.

"Kita tidak perlu malu belajar dari generasi terdahulu. Menengok sejarah bukan artinya kembali ke masa lampau, melainkan mengambil ibrah, hikmah dan pelajaran bagi generasi kita. Dengan silaturahmi dan halalbihalal, berbagai masalah pelik bisa dituntaskan. Inilah hikmah Idul Fitri bagi bangsa Indonesia. Inilah hikmah lebaran. Inilah hikmah Halal Bihalal. Kita ambil api suri tauladan para pemimpin bangsa terdahulu, jangan ambil abunya," jelas Basarah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement