Jumat 06 Feb 2015 19:02 WIB

Pasien DBD Indramayu Membludak

Rep: Lilis Handayani/ Red: Indah Wulandari
Pasien demam berdarah, ilustrasi
Foto: Republika
Pasien demam berdarah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,INDRAMAYU--Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu terus meningkat. Hal itu terlihat dari membeludaknya pasien DBD yang dirawat di RSUD Indramayu.

Berdasarkan data di RSUD Indramayu, sepanjang Januari hingga 5 Februari 2014, tercatat jumlah pasien rawat inap DBD mencapai 93 kasus. Dari jumlah itu, 71 kasus sepanjang Januari dan 22 kasus terjadi sejak 1 – 5 Februari 2015.

Sedangkan jumlah korban meninggal dunia, mencapai empat orang. Para korban itu terlambat dibawa ke rumah sakit hingga kondisinya sudah parah.

‘’(Korban meninggal) kebanyakan sudah terkena Dengue Shock Syndrom,’’ ujar Dirut RSUD Indramayu, Deden Boni Koswara, Jumat (6/2).

Deden menyatakan, meningkatnya jumlah kasus DBD membuat ruang perawatan di RSUD Indramayu kelebihan kapasitas. Apalagi, saat ini ada fasilitas BPJS maupun kartu sehat dari Pemkab Indramayu, yang menyebabkan pasien bisa mendapat perawatan secara gratis.

Deden menambahkan, untuk menangani kasus DBD, pihaknya sudah memantapkan para petugas kesehatan, terutama yang berada di ruang UGD dan ICU. Dia menyebutkan, sebanyak 80 persen tenaga UGD dan ICU sudah diberi pelatihan khusus menangani pasien yang sudah shock.

‘’Tapi kalau pasien datang dalam keadaan benar-benar parah, ya kami pun tak bisa banyak berbuat,’’ tutur Deden.

Membeludaknya pasien DBD yang dirawat di RSUD Indramayu memaksa sejumlah warga untuk membawa keluarga mereka yang menderita DBD ke rumah sakit swasta.

Berdasarkan pantauan, RS swasta yang menjadi tujuan para penderita DBD yang hendak dirawat di antaranya RS Permata Medika Centre, RSI Zam-Zam Jatibarang dan RS Pertamina.

Di RS Permata Medika Centre (PMC), terdapat 13 pasien DBD yang dirawat intensif di berbagai kelas. Para pasien itu rata-rata anak-anak dan remaja.

‘’Katanya di RSUD Indramayu sudah penuh. Jadi saya bawa anak ke RS PMC,’’ tutur salah satu keluarga pasien, Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement