REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) tidak bekerja optimal dalam penyelenggaraan pemilu selama ini. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (Lima Indonesia) Ray Rangkuti, Jumat (22/8).
Menurut Ray, partisipasi pengawasan yang dilakukan komunitas masyarakat jauh lebih signifikan daripada kerja Bawaslu.
Dia mencontohkan, publik lebih percaya mengakses data dugaan pelanggaran pemilu melalui laman kawalpemilu.org daripada melalui Bawaslu.
"Bawaslu ini pekerjaan rumah kita. Bawaslu seolah hanya legitimasi saja, bahwa seolah negara mengawasi proses pemilu," ujar Ray dalam jumpa pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Menurut Ray, peran Bawaslu hampir tidak terlihat dalam pemilu presiden lalu. Banyak kasus pelanggaran pemilu, menurut dia, Bawaslu kecolongan. Padahal, menurut Ray, negara menganggakan lebih dari Rp 3 triliun bagi lembaga tersebut.
Indikasi lain lemahnya peran Bawaslu, menurut Ray, adalah masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh KPU. "Kita sudah empat kali menyelenggarakan Pemilu. Tapi selalu KPU mendapat teguran. Ini kan berarti pengawasan yang lemah," kata dia.
Dengan tersisa sekitar tiga tahun masa bakti pengurus Bawaslu terakhir, Ray berharap Bawaslu segera berbenah untuk memperbaiki diri.