Jumat 22 Aug 2014 12:57 WIB

Usai Putusan MK, Koalisi Merah Putih takkan Solid

Rep: C87/ Red: Erik Purnama Putra
Pengamat Politik LIPI Indria Samego (kanan).
Foto: Antara
Pengamat Politik LIPI Indria Samego (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego mengataka.n nasib Koalisi Merah Putih bakal tak solid sesudah putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Indria menilai, dalam membentuk koalisi dasarnya harus jelas, yakni kesamaan ideologi kesamaan platform.

Menurutnya, di dalam Koalisi Merah Putih tidak terdapat kesamaan ideologi. Sebab ada beberapa partai pendukung Prabowo yang berideologi Islam. Sementara platform atau agenda kerja partai yang ingin membela rakyat dan memajukan bangsa juga tidak terdapat dalam koalisi tersebut.

“Sejak awal konsep koalisi permanen saya katakana tidak mungkin koalisi bisa dipertahankan. Dalam politik tidak ada lawan dan teman permanen, yang ada kepentingan permanen,” kata Indria saat dihubungi Republika, Jumat (22/8).

Menurut Indria, hal yang mengikat dalam koalisi adalah pertemanan. Dia menilai orang-orang di sekitar Prabowo seperti Aburizal Bakrie (ARB) terpaksa merapat ke Prabowo sebab punya masalah dengan PDI Perjuangan. Sementara PKS, meski sudah lama kenal Prabowo, mereka menganggap harus mendukung lawannya Jokowi tersebut.

“Dalam konferensi pers kemarin apa yang akan dilakukan kalau tidak menunjukkan bisa bersatu, tapi dalam politik tidak ada yang permanen. Apa yang dibacakan Tantowi Yahya hanya untuk bermuka manis di antara para pendukung,” jelasnya.

Indria menyebut, Golkar sebagai salah satu pendukung Prabowo-Hatta bakal segera limbung karena konflik internal. Sedangkan, Partai Demokrat, SBY telah bersikap netral dan tidak mungkin mendukung Prabowo.

Setelah Prabowo dinyatakan kalah, Indria juga mempertanyakan kekuatan Prabowo untuk merangkul partai-partai di Koalisi Merah Putih. Sebab, SBY yang dikatakan lebih bisa merangkul dalam praktiknya tidak bisa merangkul seluruh partai koalisi.

SBY yang masih menjabat sebagai Presiden RI masih diabaikan partai koalisi. Meskipun semua pihak masih ingin dekat dengan SBY, terutama Jokowi-JK yang dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih.

“Magnet Prabowo sudah hilang, karena sudah kalah. Tidak mungkin dia bisa memaksa partai-partai untuk mendukung dia. Yang ada hanya kepentingan,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement