Ahad 17 Aug 2014 03:06 WIB

PBNU: Kemerdekaan Indonesia Bermakna Sangat Khusus

Rep: C57/ Red: M Akbar
Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jafar (kanan), Ketua Komisi VIII DPR Ida Fauziyah (kedua kanan), Anggota DPR Alie Maschan Moesa (kedua kiri) dan Ketua Badan Halal Nahdlatul Ulama Maksum Machfoedz (kiri) menjadi nara sumber acara diskusi
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jafar (kanan), Ketua Komisi VIII DPR Ida Fauziyah (kedua kanan), Anggota DPR Alie Maschan Moesa (kedua kiri) dan Ketua Badan Halal Nahdlatul Ulama Maksum Machfoedz (kiri) menjadi nara sumber acara diskusi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Maksum Machfoedz, menyatakan kemerdekaan Indonesia bermakna sangat khusus bagi NU. Bahkan sejak jauh hari sebelum diproklamirkan.

"Para pendiri NU telah mencanangkan kedaulatan nusantara (RI) dalam embrio kelembagaan NU, Nahdlatul Wathan, jauh sebelum NU lahir pada 1926," tutur Maksum saat dihubungi ROL, Sabtu (16/8) malam.

Dua belas tahun sebelum NU berdiri, lanjut Maksum, para pendiri NU telah membentuk organisasi "Nahdlatul Wathan" atau wadah perjuangan untuk menegakkan kedaulatan Bangsa Indonesia.

Adapun proklamasi kemerdekaan menjadi sangat khusus karena telah terbangun diatas pundak NU sebagai salah satu pilar pendiri bangsa.

Menurut Maksum, Proklamasi juga sangat penting karena menjadi tonggak diakuinya empat pilar kebangsaan.

Keempat pilar itu ialah bentuk NKRI, Pancasila sebagai dasar falsafah, UUD 1945 sebagai konstitusi dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai lambang wujud persatuan atas keberagaman.

"Selama masa pra kemerdekaan, para pendiri NU telah bertekad menjadikan keempat pilar kebangsaan sebagai harga mati dan tidak bisa ditawar," tegas Maksum.

Tekad ini telah dibuktikan melalui berbagai momentum seperti saat polemik tujuh kata di belakang "Ketuhanan Yang Maha Esa" terjadi.

Saat itu KH. Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, mengusulkan tujuh kata itu harus dihapus demi kesatuan dg warga negara di Indonesia Timur.

Momentum lainnya, ungkap Maksum, terjadi ketika agresi Belanda di Indonesia. Saat itu kakek Gus Dur, KH. Hasyim Asy'ari, menyatakan "resolusi jihad".

Resolusi jihad, ungkap Maksum, bermakna wajib angkat senjata bagi muslimin dalam radius 90 km dari surabaya. Akibatnya, terjadi peristiwa 10 November yang sekarag diperingati sebagai Hari Pahlawan

Peristiwa lainnya terjadi ketika beberapa kali terjadi pencederaan thd NKRI oleh pihak komunis.  Saat itu, NU selalu berada di depan menentang komunisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement