Rabu 13 Aug 2014 13:26 WIB

Harga Karet Melorot, Petani Beralih Pola Tanam

Red: M Akbar
Petani menyadap pohon karet di kebunnya yang berada di Blambangan Umpu, Waykanan, Lampung, Sabtu (21/7). Dipicu penurunan produksi akibat kemarau harga karet beranjak naik, kering 2 minggu dari Rp10 ribu/kg menjadi Rp11 ribu/kg dan kering satu bulan dari R
Foto: ANTARA/Garifianto
Petani menyadap pohon karet di kebunnya yang berada di Blambangan Umpu, Waykanan, Lampung, Sabtu (21/7). Dipicu penurunan produksi akibat kemarau harga karet beranjak naik, kering 2 minggu dari Rp10 ribu/kg menjadi Rp11 ribu/kg dan kering satu bulan dari R

REPUBLIKA.CO.ID, BATURAJA -- Para petani di sejumlah daerah sentra produksi Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, mengeluhkan harga getah karet saat ini dinilai rendah dan terpaksa beralih ke usaha lain, salah satunya menanam sayuran.

"Dulu harga getah karet bisa mencapai Rp18 ribu perkilogram, namun sekarang nilai jualnya hanya Rp8 ribu perkilogram (kg)," kata Arius (54), petani karet di Desa Batukuning, Kecamatan Baturaja Barat, Baturaja, Rabu (13/8).

Menurut dia, dampak harga getah karet di pasaran masih rendah, maka sebagian besar petani di Desa Batukuning dan Desa Tubohan banyak yang memilih banting stir atau beralih usaha menanam sayuran dan padi.

"Sebagian besar petani karet di sini banyak yang beralih menanam sayuran dan padi di sawah, sebab kalau dipaksakan tetap mengurusi karet tentu anak-anak di rumah tidak bisa melanjutkan sekolah, akibat tidak sebandingnya antara pemasukan dan biaya untuk membeli pupuk," katanya.

Dia mengaku, sudah hampir enam bulan tidak lagi mengurusi kebun karetnya. "Sekarang saya dan keluarga untuk bertahan hidup terpaksa memanfaatkan sebidang tanah warisan orang tua untuk menanam padi dan sayuran. Hasil sayuran lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sambil menunggu panen padi," ungkapnya.

Pengakuan senada juga disampaikan Yatno (46), petani karet asal Desa Batumarta I, Kecamatan Lubukraja, Ogan Komering Ulu (OKU). "Harga karet sekarang ini masih rendah, yakni kisaran Rp8 ribu per kg," katanya.

Menurut dia, kondisi cuaca di OKU yang sejak sebulan terakhir terus diguyur hujan juga dinilai membuat petani karet menjadi pusing karena hasil sadapan jauh menurun. Ia mengatakan, di samping harga getah karet murah, ternyata kalau musim hujan kualitas dan jumlah produksi yang disadap petani menjadi jauh berkurang.

"Kalau hujan tentu kita tidak bisa menyadap karet. Jadi selama setahun ini seluruh petani karet di OKU kondisi keuangannya sedang memprihatinkan. Untuk itu kami berharap pemerintah daerah segera mencarikan solusi agar nilai jual getah karet di pasaran bisa kembali stabil minimal ada peningkatan," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement