REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Tarif bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi harus dinaikkan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus menaikkan harga BBM bersubsidi agar anggaran tidak jebol. Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengatakan, Presiden Yudhoyono harus melakukan sesuatu untuk membayar kesalahannya.
''Dia pernah menurunkan harga BBM bersubsidi tiga kali,'' kata dia seusai diskusi Transparansi Kebijakan Harga BBM, Jakarta, Selasa (12/8) sore.
Menurut Faisal, perubahan tarif BBM bersubsidi tahun lalu hanya mengembalikkan tarif semula. Alhasil, impor semakin meningkat, produksi semakin merosot, yang terjadi anggaran pun terbebani. Dia menyarankan Presiden Yudhoyono untuk segera menaikkan harga BBM subsidi minimal Rp 1.500.
Dengan kenaikan tersebut pemerintahan selanjutnya tidak akan terlalu banyak menaikkan harga. Lagi pula, kata Faisal, hal tersebut akibat kesalahan Presiden Yudhoyono. Pada akhir 2008 dan awal 2009 dia pernah menurunkan harga BBM bersubsidi hanya demi memenangkan pemilu 2009.
Dia mengatakan, apabila tidak segera dinaikkan pemerintahan selanjutnya akan kena batunya. Pasalnya, pemerintahan baru secara politis sulit untuk menaikkan harga BBM subsidi pada beberapa bulan awal masa jabatan.